Jakarta, (Metrobali.com) –

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi, bergerak menguat sebesar empat poin menjadi Rp11.671 dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.675 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa mata uang rupiah kembali terapresiasi menyusul sikap optimistis pasar bahwa ketegangan antara Rusia dan Ukraina akan mereda. Kondisi itu mendukung permintaan untuk aset mata uang berisiko, salah satunya rupiah.

“Sentimen pasar mulai bergeser ke aset risiko seiring dengan sentimen geopolitik yang menunjukkan tanda-tanda mereda,” katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, konflik di Irak serta adanya kesepakatan antara Israel dan Palestina melakukan gencatan senjata, mendorong pasar keuangan di negara-negara berkembang positif kembali, salah satunya di Indonesia.

Kendati demikian, menurut dia, ekspektasi ekonomi Amerika Serikat yang terus mengalami perbaikan masih menahan laju mata uang rupiah terapresiasi lebih tinggi.

“Kondisi itu dapat membuat ruang penguatan rupiah menjadi terbatas,” katanya.

Dari dalam negeri, Ariston Tjendra mengatakan bahwa sentimen politik di Indonesia terkait dengan gugatan hasil pemilihan umum presiden dan wakil presiden dinilai pasar mulai mereda sehingga kepercayaan investor terhadap pasar domestik diminati kembali.

Menurut dia, pelaku pasar uang juga optimistis bahwa transisi menuju pemerintahan baru akan berjalan lancar sehingga faktor keamanan berinvestasi di dalam negeri tidak terganggu.

(Ant) –