Diskusi di Kubu Kopi

Diskusi terbatas dengan tema ”Etika Kedokteran dalam Pratek Jurnalisme” di Kubu Kopi, Rabu (25/5).

Denpasar (Metrobali.com)-

Profesi seorang dokter dan jurnalis adalah profesi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, kedua profesi ini harus saling berangkulan. Dokter memiliki kode etik kedokteran dan jurnalis punya kode etik jurnalistik. Diantara keduanya harus saling menghormati.

Demikian terungkap pada diskusi terbatas dengan tema ”Etika Kedokteran dalam Pratek Jurnalisme” di Kubu Kopi, Rabu (25/5). Hadir sebagai pembicara dari medis adalah Prof. Dr. LK Suryani, Prof. Dr. Mangku Karmaya, dan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bali Dr. Kompyang Gautama, dan dari praktisi Hukum Ketut Ngastawa, S.H.

Menurut LK Suryani, dokter dalam memberikan keterangan kepada wartawan kondisi pasien harus berdasarkan kode etik kedokteran. Tidak semua pasien yang menderita penyakit harus diungkap gamblang di media massa. ”Ini tentu harus berdasarkan kode etik kedokteran. Jika mau mengungkap kondisi pasien, paling tidak si pasien atau keluarga pasien setuju atas penayangan di media massa,” kata Suryani.

Sementara itu, Mangku Karmaya mengungkapkan antara dokter dan wartawan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Kedua profesi ini harus saling menghormati satu dengan yang lainnya. ”Prinsip saling menghargai satu dengan yang lainnya adalah jalan yang terbaik,” katanya.

Dikatakan, tidak ada dokter hebat yang mampu menyembuhkan penyakit. Dokter hanya mengikuti dan menjalankan proses penyembuhan saja. Sementara pasien tersebut nanti menjadi sembuh adalah urusan yang di atas. Hal senada dikatakan, oleh Kompyang Gautama. Ia menekankan, bahwa dokter tidak boleh mengaku ngaku diri hebat dalam penyembuhan.

Sementara itu, praktisi Hukum Ketut Ngastawa mengatakan, dalam kode etik kedokteran pasal 1, bahwa pasien dalam posisi sakit tidak boleh ditayangkan dalam media massa. Akibat ditayangkan di media massa, selain pasien tersebut hak pribadinya merasa diganggu, juga keluarga pasien juga merasa tidak ada enak kepada masyarakat.

Pada diskusi tersebut, sejumlah wartawan memasalahkan keterbukaan dokter dalam memberi keterangan pers terhadap sebuah penyakit yang diderita oleh pasien. Lebih lebih di dokter dokter di RSUP Sanglah. Mereka tidak akan memberi keterangan secara gamblang. Hal itu, menurut Mangku Karmaya kemungkinan mereka pada dokter masih sibuk dengan pekerjaannya. Selain itu, dokter yang bersangkutan karena ada tekanan dari atasan. RED-MB