sby2

Jakarta (Metrobali.com)-

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang akan mengakhiri masa jabatannya pada 20 Oktober 2014 menyatakan siap membantu Presiden dan pemerintahan mendatang untuk bersama-sama memajukan Indonesia.

“Di mimbar yang mulia ini, saya, Susilo Bambang Yudhoyono, juga berjanji untuk membantu siapapun yang akan menjadi Presiden Republik Indonesia tahun 2014-2019, jika hal itu dikehendaki. Ini adalah kewajiban moral saya sebagai mantan Presiden nantinya, dan sebagai warga negara yang ingin terus berbakti kepada negaranya,” katanya di Jakarta, Jumat (15/8).

Presiden Yudhoyono mengatakan hal itu, saat menyampaikan pidato kenegaraan dalam sidang bersama DPR RI/DPD RI memperingati Hari Ulang Tahun Ke-69 Proklamasi Kemerdekaan RI di Gedung DPR/MPR/DPD RI Jakarta.

Pada kesepatan itu, ia juga mengajak semua komponen bangsa untuk mendukung siapapun yang memimpin pemerintahan mendatang.

“Tahun depan, Presiden kita yang baru akan memberikan pidato kenegaraannya di mimbar ini. Saya mengajak segenap bangsa Indonesia, marilah kita bersama-sama mendengarkannya dan mendukung beliau untuk kebaikan dan kemajuan negeri ini,” katanya.

Yudhoyono mengharapkan semua pemimpin bangsa bisa menciptakan tradisi politik yang positif sehingga bisa mendorong Indonesia yang lebih maju.

“Saya juga mempunyai mimpi dan harapan yang indah, yaitu terbangunnya budaya politik yang luhur dimana para pemimpin Indonesia saling bahu membahu, saling membantu, dan saling mengingatkan demi masa depan Indonesia. Saya yakin itulah yang didambakan oleh rakyat Indonesia, dan itulah yang harus kita berikan dengan ikhlas kepada mereka,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Presiden Yudhoyono juga pamit kepada seluruh rakyat Indonesia sebelum mengakhiri masa jabatannya, Oktober mendatang.

“Merupakan kehormatan besar bagi saya untuk menjadi Presiden Indonesia. Saya adalah anak orang biasa dan anak biasa dari Pacitan, yang kemudian menjadi tentara, menteri, dan kemudian dipilih sejarah untuk memimpin bangsa Indonesia. Menjadi Presiden dalam landskap politik dimana semua pemimpin mempunyai mandat sendiri, dalam demokrasi 240 juta, adalah suatu proses belajar yang tidak akan pernah ada habisnya,” katanya.

Pada kesempatan itu, ia juga mengatakan meminta maaf atas kesalahan dalam 10 tahun memimpin Indonesia.

“Tentunya dalam 10 tahun, saya banyak membuat kesalahan dan kekhilafan, dalam melaksanakan tugas. Dari lubuk hati yang terdalam, saya meminta maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan itu. Meskipun saya ingin selalu berbuat yang terbaik, tetaplah saya manusia biasa,” katanya. AN-MB