Jakarta (Metrobali.com)-

Pengusaha yang tergabung dalam Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) mengharapkan kekisruhan antara KPK dan Kepolisian RI dapat segera dihentikan karena dicemaskan bisa merusak optimisme investor.

“Dunia usaha khawatir sekali. Kisruhnya malah antarlembaga hukum yang paling sentral di negara ini,” kata Sekretaris Jenderal Gapensi Andi Rukman Karumpa dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (25/1).

Menurut Andi Rukman, kekisruhan tersebut dinilai bakal mempertegas pandangan adanya ketidakpastian hukum yang terjadi di negara ini.

Untuk itu, ujar dia, kekisruhan antara kedua lembaga penegakan hukum tersebut harus cepat dituntaskan dan tidak berlarut-larut.

Menurut dia, ketidakpastian tersebut juga dapat berimplikasi membuat investor ingin kabur dari Indonesia.

Pasalnya, lanjutnya, kekisruhan itu membuat optimisme investor untuk berinvestasi di Indonesia menjadi rusak. “Ada banyak perbincangan diantara pengusaha kita, iklimnya sepertinya mundur lagi,” tutur Andi.

Dia mengatakan, dunia usaha awalnya optimis dengan dengan stabilitas politik di Tanah Air serta proyeksi dan rencana kerja pemerintahan baru dalam mendorong investasi dan pembangunan infrastruktur.

Apalagi, Gapensi juga melihat banyak terobosan yang telah dibuat oleh pemerintahan baru. Namun, munculnya “gesekan” antar kedua lembaga hukum membuat dunia usaha terhenyak.

“Dikhawatirkan lagi, situasi ini dapat berkembang ke ranah politik. Padahal, kepastian dan kestabilan hukum dan politik itu menjadi kunci sukses pencapaian target investasi,” paparnya.

Andi mengatakan, pengusaha mengharapkan agar pemerintah segera menuntaskan kisruh tersebut karena masih ada sejumlah kendala lain yang harus dihadapi terkait iklim investasi di Tanah Air.

Beberapa kendala tersebut antara lain seperti minimnya infrastruktur, pelemahan kinerja komoditas seperti batubara, minyak dan CPO, serta implementasi program hilirisasi industri yang masih pada tahap awal.

Ia mengingatkan bahwa pemerintah menargetkan investasi pada tahun 2015 ini diharapkan bisa mencapai Rp519 triliun dengan pertumbuhan sebesar 15 persen. “Pemerintah juga harus mengejar daya saing investasi agar mampu merebut hati investor,” ucap Andi. AN-MB