Komaidi Notonegoro

Jakarta (Metrobali.com)-

Pengamat energi dari ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengharapkan pemerintah tetap melanjutkan kebijakan pengendalian BBM bersubsidi meski harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia “crude price” cenderung mengalami penurunan.

“Pengendalian subsidi tetap dilanjutkan mengingat neraca minyak sudah pada posisi defisit dalam beberapa tahun terakhir,” katanya di Jakarta, Jumat (5/9).

Menurut dia, kebijakan pengendalian perlu konsisten dalam jangka panjang, sehingga fiskal tetap sehat dan masyarakat terbiasa mengelola dan mengonsumsi energi.

“Jangan karena ICP turun, terus tidak jalan,” katanya.

Ia juga mengatakan, tanpa dilakukan pengendalian, maka kondisi anggaran bakal lebih buruk lagi dalam 15-20 tahun ke depan saat harga BBM makin tinggi.

“Masyarakat makin terlena dengan harga BBM murah dan akhirnya biaya ataupun risiko yang harus dibayar untuk menyesuaikan menjadi jauh lebih besar lagi,” ujarnya.

Komaidi menambahkan, pemerintah harus tegas menata kebijakan BBM nasional yang dilakukan secara bertahap.

ICP pada Agustus 2014 mengalami penurunan menjadi di bawah 100 dolar AS per barel.

Berdasarkan data Tim Harga Minyak Indonesia Kementerian ESDM, ICP Agustus 2014 mencapai 99,51 dolar AS per barel atau turun 5,12 dolar dibandingkan Juli 2014 yang 104,63 dolar per barel.

Penurunan harga tersebut dikarenakan produksi minyak mentah mengalami kenaikan, sementara permintaan menurun.

Rata-rata ICP periode Januari-Agustus 2014 mencapai 105,56 dolar per barel. Asumsi ICP dalam APBN Perubahan 2014 adalah 105 dolar per barel.

ICP cenderung mengalami penurunan. Pada Januari 2014, ICP tercatat 105,8 dolar per barel, Februari meningkat menjadi 106,08 dolar, Maret naik lagi 106,9 dolar sebelum turun 106,44 dolar pada April.

Lalu ICP Mei 2014 turun sedikit menjadi 106,2 dolar, Juni naik 108,95 dolar, Juli turun 104,63 dolar, dan Agustus 2014 turun lagi 99,51 dolar. AN-MB