??????????????????????????????????????????????????????????????

Klungkung (Metrobali.com)-

Untuk menyucikan kembali alam makro (amrestistha palemahan) maupun alam mikro (amrestistha angga) pasca kasus mutilasi yang terjadi di Klungkung beberapa waktu lalu, Pemerintah Kabupaten Klungkung menggelar upacara caru labuh gentuh dan penyudhamala jagat,  Rabu (30/7) kemarin.

Upacara yang dipusatkan di catus pata Klungkung sebagai pusat pemerintahan sang raja ini dipuput tiga sulinggih. Diantaranya Ida Pedanda Gede Putra Tembau (siwa) dari geriya Aan, Banjarangkan, Ida Pedanda Gede Purwagothama (buda) dari geriya Wanasari, Karangasem dan Ida Rsi Bujangga Waisnawa Dharma Kerthi (bujangga) dari geriya Kusuma Angkling, Gianyar.

Upacara caru labuh gentuh penyudhamala jagat dihadiri langsung Bupati Klungkung, Nyoman Suwirta didampingi Wakil Bupati, Made Kasta, Sekda Klungkung, Ketut Janapria dan masyarakat Klungkung lainnya. Menurut Dewa Ketut Soma selaku panitia karya, upacara caru labuh gentuh dan penyudhamala jagat ini dilaksanakan di delapan titik lokasi, di mana catus pata Klungkung dijadikan pusat pelaksanaan upacara sebagai pusatnya pemerintahan sang raja.

Selain catus pata, lokasi upacara pecaruan lainnya seperti di pusat pembunuhan di Jalan Kenyeri IX Semarapura, catus pata Desa Adat Gembalan, catus pata Tojan Desa Adat Gelgel, Polres Klungkung, perempatan Klotok, catus pata jalan Merak Desa Adat Kemoning, dan di Desa Adat Jumpai dimana dilokasi ini sebelumnya pernah terjadi kasus pembunuhan di sebuah warung pinggir jalan by pass Ida Bagus Mantra. Dalam upacara ini umat nantinya akan dibagikan tirta penyudhamala jagat dan nasi tawur sekar ura yang selanjutnya dipergunakan dimasing-masing wilayah.

Labuh gentuh penyudhamala jagat dimaksudkan untuk menetralisir segala peristiwa yang perlu dilakukan dengan ritual. “Konsep tatanan orang Bali apapun segala kebrebehan itu pemuputnya adalah banten,”ujar Dewa Soma.

Sementara itu, Bupati Klungkung, Nyoman Suwirta berharap secara spiritual sekala niskala semoga semua umat masyarakat mulat sarira terhadap kejadian ini sebagai pelajaran, terutama yang memiliki kos-kosan dan meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian maupun tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya kejadian seperti ini. “Tugas kita semua untuk selalu ngeh dan waspada terhadap kejadian-kejadian dan tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya kejadian seperti ini,”lontar Bupati Suwirta. SUS-MB