Denpasar (Metrobali.com)-

Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta generasi muda untuk meneladani semangat kepahlawanan di Pulau Dewata yakni “puputan” atau berjuang secara maskimal untuk meningkatkan daya saing menjelang perdagangan bebas di kawasan ASEAN (AFTA) 2015.

“Program pembangunan tak hanya untuk menyejahterakan tetapi membangun karakter masyarakat Bali yang berpegang kepada nilai kearifan lokal seperti jengah, semangat ‘puputan’, dan ‘sutindih’ (kuat dan tak mudah tersinggung),” ujar Pastika saat melakukan simakrama (tatap muka) dengan ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Mahasiswa Hukum Indonesia (Permahi) Provinsi Bali, di Denpasar, Minggu (10/11).

Menurut dia, generasi muda saat ini dituntut untuk meningkatakan daya saing yakni salah satunya dengan melengkapi keterampilan diri agar bisa bersaing dengan sumber daya manusia dari negara lain di kawasan ASEAN.

Mantan Kepala Polda Bali itu menjelaskan bahwa khusus bagi masyarakat di Pulau Dewata, upaya peningkatan daya saing merupakan salah satu cara yang prioritas dilakukan mengingat Bali tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah.

Ia mengingatkan kepada mahasiswa dari seluruh Bali itu untuk memanfaatkan waktu luang yang ada dengan mengisi kegiatan positif dan menimba ilmu dan mengasah keterampilan agar tak kalah saing.

“Pada AFTA 2015 nanti, tarif barang akan mendekati nol. Kalau sudah mendekati nol, maknanya adalah persaingan. Hanya dengan meningkatkan daya saing bisa menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN,” ucapnya.

Pastika menyatakan bahwa akan ada dua peluang dari perjanjian AFTA tersebut di antaranya peluang dan bencana apabila tak dibarengi dengan peningkatan daya saing SDM.

“AFTA itu layaknya rangkaian gerbong kereta dari stasiun ke stasiun lain. Ada dua peluang, ikut sampai tujuan atau kandas di tengah jalan,” katanya.

Pihaknya menyebutkan bahwa banyak dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari globalisasi yang ditandai dengan adanya perkembangan arus transportasi, telekomunikasi, perdagangan, teknologi, dan pariwisata itu.

Sedangkan, kata dia, generasi muda merupakan komunitas yang rentan terpengaruh terhadap era globalisasi tersebut.

Meski dalam pelaksanaan AFTA dipastikan tidak akan ada proteksi dan pelarangan hak warga negara di kawasan ASEAN untuk bekerja di Indonesia begitu pula sebaliknya pada tahun 2015, namun masyarakat Bali diminta untuk merebut pasar dan menjadi tuan rumah.

“Masyarakat Bali harus membekali diri dengan kreatif dan inovatif. Jangan jadi pengangguran intelektual, buka lapangan pekerjaan baru, perubahan cara berpikir dan meningkatkan kompetensi diri melalui jiwa kewirausahaan,” ucap Pastika. AN-MB