Air Panas Banjar

Bali mewarisi keharifan lokal Tri Hita Karana yakni kehidupan yang harmonis dan serasi sesama umat manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang hingga sekarang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Bila manusia menyayangi alam dengan memelihara dan merawatnya secara baik, maka alam akan memberi kemurahan pada manusia.

Masyarakat di wilayah Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali utara, misalnya, meyakini betul akan “hukum balas kasih” itu.

Ketulusan masyarakat setempat menjaga kelestarian lingkungan, menghijaukan daerah perbukitan dan setiap jengkal lahan, dibayar tunai oleh alam, karena daerah itu memiliki sumber air yang muncul dari permukaan tanah.

Kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat setempat dapat dinikmati secara mudah, termasuk sumber air panas yang belakangan ini dikembangkan sebagai objek wisata di Bali utara yang mampu menarik perhatian masyarakat lokal, wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Mandi di pancuran di objek wisata air panas Banjar, 85 km utara Kota Denpasar, badan terasa dipijat sehingga mampu mencapai kebugaran.

Kepala Pengelola Air Panas Banjar Ida Bagus Kade Satwika menuturkan objek wisata yang dikelilingi lingkungan nan hijau dan lestari itu memiliki tiga kolam utama yang menampung air panas belerang dalam jumlah besar bersumber dari pegunungan sebelah timur.

Ketiga unit kolam ditata sedemikian rupa membuat pengunjung tertarik untuk berenang maupun sekedar berendam. Kolam pertama memiliki delapan buah air mancur yang keluar dari mulut patung naga. Kolam tersebut berukuran 1,5 meter kali 12 meter.

Kolam pertama terletak paling atas dengan kedalaman kurang dari satu meter, pengunjung menggunakan kolam berendam. Kolam kedua merupakan paling luas di antara ketiganya dengan ukuran 10 meter kali 12 meter dengan kedalaman satu sampai 2,5 meter.

Sedangkan kolam ketiga terletak di tengah-tengah antara kolam pertama dan kedua yang umumnya digunakan para remaja untuk berenang. Air pada kolam ketiga yang lokasinya bertingkat-tingkat itu dialirkan melalui tiga pancuran patung naga dengan ketinggian sekitar empat meter.

Ratusan pengunjung yang setiap hari datang ke objek wisata yang paling favorit di antara 21 objek wisata di Bali utara itu untuk menikmati pijatan air panas yang jatuh dari pancuran naga yang tepat berada di bagian tengah kolam.

Kolam ketiga terletak di sebelah utara objek wisata itu dan para pengunjung lanjut usia (lansia) sangat menyenangi kolam yang memiliki pancuran paling panjang di antara yang lainnya, tutur Ida Bagus Kade Satwika.

Penyempurnaan Ida Bagus Kade Satwika menjelaskan objek wisata air panas yang terletak di atas lahan seluas dua hektare, akan diperluas ke arah selatan, disamping secara bertahap menambah fasilitas pendukungnya.

Fasilitas pendukung itu berupa pembangunan jalan, perbaikan kolam, tempat duduk untuk istirahat para pengunjung.

Wisatawan yang berkunjung sebanyak 51.755 orang selama periode Januari-Mei 2015, meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 51.310 orang, Pihak pengelola tidak membedakan wisatawan mancanegara, nusantara maupun masyarakat lokal karena harganya tiketnya sama dan sangat terjangkau oleh semua pengunjung.

Objek wisata peninggalan penjajahan Jepang itu mendapatkan kunjungan paling banyak pada bulan Mei 2015 tercatat 17.235 orang dan terendah pada bulan Februari 2015 hanya 5.839 orang.

Biasanya mendapat kunjungan paling banyak pada bulan Juli-Agustus yang merupakan hari libur di negara-negara Eropa serta bertepatan pula dengan dengan Hari Raya Idul Fitri.

Pada bulan Agustus pengunjungnya bisa mencapai 20.000 orang.

Objek Air Panas Banjar ini dikenal sebagai sebutan “Hot Spring” dan sudah tidak asing lagi bagi wisatawan dalam dan luar negeri, bahkan jumlah pengunjung lebih banyak tercatat wisatawan mancanegara yang khusus datang untuk berendam di sini.

Para pelancong yang datang ke lokasi air panas harus berjalan kaki sambil menikmati lingkungan hijau dan asri, karena kendaraan hanya bisa masuk dan parkir sampai di depan tempat penjualan tiket.

Kondisi itu tidak menjadi halangan bagi turis asing yang ingin menyaksikan sendiri permandian di alam bebas yang sangat jarang dijumpai di luar negeri yakni sangat rimbun, hijau dan asri dari pepohonan.

Sumber air panasnya sendiri konon sudah ada sejak ratusan tahun silam. Pada saat pendudukan Jepang sumber air ini dibenahi dan ditata. Sumber air dan kolamnya sendiri dinaungi oleh pohon beringin dan diberi pagar untuk keselamatan.

Walaupun dikelola dengan sederhana dibanding lokasi wisata lain di Bali ternyata mampu menarik minat wisatawan mancanegara untuk menikmati keindahan alam sambil merendam badan di air hangat itu.

Sumber air panas dalam bentuk pancoran dan kolam juga terdapat di sejumlah objek wisata lainnya di Pulau Dewata, seperti di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. AN-MB