layon istri raja

Klungkung ( Metrobali.com )-

Ribuan warga Klungkung dari luar dan dalam  tumpah ruah menyaksikan prosesi budaya nan sakral dan agung tersebut. Selaian itu prosesi Pelebon seperti ini merupakan peristiwa Budaya yang cukup langka. Sejak pagi warga Klungkung dengan menggunakan pakaian adat madya nampak sudah memadati jalanan. Akibatnya jalan utama menuju Kota Klungkung ditutup total. Diantaranya ruas jalan gajah mada, Jalan Dipinogoro, Jalan Surapati dan Jalan Puputan. Semua jalan yang mengarah ke Catus Pata Klungkung benar benar membludak dan dipenuhi  manusia. Makin siang lautan manusia makin banyak. Bahkan banyak warga dari luar Klungkung yang tidak sabar untuk menyaksikan prosesi Pelebon Agung, Ide  Dewa Istri Putra yang merupakan permaisuri ke tiga Raja Klungkung terakhir Ide I Dewa Agung Oka Geg atau Ide Batare Mampeh.

Prosesi Minggu ( 29/6 ) diawali dengan mlaspas Bade tumpang sebelas atau Pemereman di Catus Pata Klungkung. Pemelaspas dilakukan Ide Padanda Gede Putra Tembau dari Geria Aan Klungkung. Sekitar pukul 14.00 wita Layon melakukan prosesi murwa daksina dengan mengitari Catus Pata selama tiga kali. Kemudian Layon dinaikan ke Bade setinggi 28 meter dengan berat sekitar 6 ton tersebut. Layon dinaikan ke atas Bale Bale dengan ketinggian sekitar 13 meter.

Selanjutnya dilakukan Prosesi manah Naga Banda yang dilakukan ide Padanda Gde Putra Tembau. Kemudian perjalanan ke Setra tegal linggah dengan jarak sekitar 500 meter mulai dilakukan. Yang pertama menuju Setra adalah Lembu hitam. Naik diatas Lembu tersebut Tjokorda Gde Agung, cucu Raja Klungkung yang juga mantan Bupati Klungkung. Dibalakangnya adalah Naga Banda. Didalam Naga Banda ini Nampak Ide Padanda Gde Putra Tembau didampingi beberapa angga puri seperti Tjokorda Raka Putra. Kemudian disusul bade tumpang sebelas berjalan dengan anggun.

almrhum Istri raja

Karena sangat berat bade yang diusung 450 orang tersebut dilakukan dengan menggunakan system estafet. Setiap 100 meter pengusung diganti agar tidak kelelahan. Untuk itu pihak Puri mempersiapkan 6.500 krama dari berbagai banjar di Klungkung untuk melakukan pengusungan. Setelah melakukan perjalanan cukup lama sekitar pukul 16.00 wita Bade tiba di Setra tegal Linggah. Sementara itu naik di dalam Bade adalah Ide Dalam Semaraputra yang bertugas melakukan  ubes ubes. Sementara itu ada juga Tjokorda Alit Putra yang bertugas memasang Sekarura.

Sementara itu menurut Tjokorda Gde Agung, ini merupakan pengebenan terakhir yang menggunakan bade tumpang sebelas. Karena setelah ini tidak ada lagi yang menggunakan tumpang setinggi itu. Sebeb sudah tidak ada lagi di Puri Klungkung yang Abiseka Raja dengan gelar Ide I Dewa.

Sementara itu menurut warga Semarapura Nyoman Sedana 70 asal banjar Pekandelan mengakui kalau pada pelebon tahun 1965 mengaku sudah tahu persis. Bahkan saat itu dia ikut nyayah mengusung Bade. Dan kali ini kembali bisa menyaksikan prosesi tersebut. Dia mengaku bangga bisa menjadi saksi sejarah dan tahu dua pelebon besar di Klungkung. Sementara itu sejak bade masih di Catus Pata Nampak wisatawan asing berdatangan untuk melihat sekaligus mengabadikan bade tersebut. Mereka rata rata kagum dengan prosesi pelebon Agung tersebut.

Bade Tumpeng 11

Beberapa pejabat tinggi di Bali nampak hadir dalam Pelebon kali ini diantaranya adalah Pangdam IX Udayana Mayjen TNI Wisnu Baya Tenaya. Selain itu hadir juga Kasdam dan Danrem Klungkung, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta dan Made Kasta serta Bupati Badung AA Gde Agung dan penglingsir Puri peliatan Tjokorda Putra Nindia serta beberapa pejabat penting lainnya.

Iring – iringan upacara Plebon tiba di Setra Tegal Linggah sekira pukul 16.00 wita Leyon diturunkan. Begitu juga Naga Banda dilepas. Nedunin Layon untuk  dinaikan ke Lembu untuk dibakar. Sementara proses Ngayut ke Segara akan dilakukan pagi hari Senin ( 30/6 ) besok. Hingga berita ini diturunkan Upacara Pelebon masih berlangsung. SUS-MB