IMG-20150513-00080

Sudirta-Sumiati berkomitmen melindungi petani dan  produk lokal Karangasem

Karangasem, (Metrobali.com) –

Selain berkomitmen menjaga kawasan suci sesuai Bhisama Kesucian Pura PHDI Pusat — karena nafas pariwisata Bali adalah kebudayaan Bali  yang religius — pasangan “SMS” (Wayan Sudirta-Made Sumiati),  menyatakan berkomitmen sungguh-sungguh membela petani Karangasem, termasuk para peternak dan pekebun. Sebab menurut data, potensi tanah tegalan yang 17.384 ha dan perkebunan yang 29.533 ha cukup besar. Dimana Karangasem punya jagung Seraya maupun jagung Abang yang khas, umbi-umbian dari Kec. Selat, berbagai jenis sayur di sekitar Desa Besakih Kec. Rendang, serta aneka bunga di Besakih, yang produknya mesti diakomodasi di sektor pariwisata, seperti hotel, restoran dan fasilitas lainnya.

            Untuk memastikan bahwa produk-produk lokal Karangasem tidak tersingkir dari persaingan, selain meningkatkan kualitas, SMS menegaskan pembelaan bagi petani Karangasem akan ia lakukan dengan mewajibkan setiap pemohon ijin pembangunan hotel-hotel dan restoran baru di Karangasem, agar mengakomodasi produk lokal tersebut. Kalau tidak bersedia, tidak akan diberi ijin.

            ”Pemerintah Daerah pun, kalau kami dipercaya memimpin Karangasem, akan memberikan contoh, dalam event Pemkab Karangasem, hidangan utamanya termasuk produksi petani lokal seperti  jagung Seraya, umbi-umbian dari Selat, aneka jajanan Karangasem, karena gizinya sangatlah baik untuk kesehatan. Dalam jangka panjang, perlu mengkonsumsi pangan yang sehat, apalagi sumbernya ada di Karangasem,” kata Wayan Sudirta saat memaparkan visi, misi dan program di DPD PDIP Bali, Minggu (23/8)di hadapan belasan pakar berbagai bidang, seperti bidang pariwisata, agama, politik dan hukum, pertanian, ekonomi, dan lainnya.

            Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Karangasem, SMS juga merencanakan perpanjangan dermaga Tanah Ampo, agar kapal-kapal pesiar yang besar bisa sandar. Hal itu disertai pemasaran keluar negeri, guna mengundang lebih banyak wisatawan.

            ”Pasar seni pun yang telah direncanakan sebelumnya, kita tuntaskan, dibuat tataruang dan arsitektur yang lebih nyaman, agar wisatawan pun bisa berkunjung. Maka, kalau tiap kapal pesiar membawa 4000 sampai 5000 wisatawan, dan kalau mereka menginap minimal 3 malam di Karangasem, bisa dihitung dampaknya secara ekonomi,” papar Sudirta, yang disampbut sangat antusias oleh para pakar yang menjadi panelis.

            Kedatangan wisatawan ke Karangasem diproyeksikan bisa lebih tinggi lagi, bila lapangan terbang baru di Bali utara dibawa ke wilayah Karangasem, atau setidaknya yang berbatasan dengan Karangasem dan Buleleng. ”Kalau di Buleleng tidak kunjung bisa selesai karena ada kendala, apa salahnya dirancang dibangun di Karangasem? PDIP punya presiden, punya Jokowi, yang kalau kita  minta agar Karangasem diperhatikan, masa sih  Presiden tidak membantu?” papar Sudirta.

            Sudirta mencontohkan, bagaimana Sri Sultan Hamengkubawono di Daerah Istimewa Jogyakarta, mensyaratkan dalam perijinan pembangunan mall misalnya, ijin diberikan dengan syarat mall mengakomodasi 100 item produk lokal di DIY. ”Ternyata, pengusaha jauh lebih semangat, karena mereka mencantumkan lebih dari 100 item produk lokal. Dengan begitu, produk lokal tidak tersingkir dari produk impor. Kalau DIY bisa, Karangasem pasti bisa,” papar Sudirta. PW-MB