Made Suda           :  Kami hanya berharap bisa kembali bekerja

Mangku Suteja     :  Pemerintah terlalu panic…

I Made Suda dan Pemilik lahan galian C, Mangku Artha Seuteja 
I Made Suda dan Pemilik lahan galian C, Mangku Artha Seuteja.

Karangasem (Metrobali)-

Jeritan para pengusaha galian C di wilayah galian C Karangasem, seperti Kubu, dan sekitarnya tidak bisa dielakkan lagi, ratusan juta mereka rugi per hari.

Malahan seorang pengusaha galian C, di kaki gunung Agung ini mengaku rugi miliaran rupiah, pasalnya peralatan yang dibeli begitu selesai dipasang, tiba-tiba ada peringatan bencana awas dan BMKG. Dan mereka tidak bisa bekerja sama sekali.

“Kami sudah melakukan berbagai upaya untuk minta kepada pemerintah agar kami diberikan kesempatan bekerja, tetapi tidak diizinkan dengan alasan berada di kawaran rawan bencana (KRB),” kata Made Suda salah seorang pengusaha galian C yang ditemui Metrobali.com di desa Tegarong, Karangasem. Suda mengaku sudah menginvestasikan dananya sekitar Rp 10 miliar untuk membeli perlengkapan untuk menyortir pasir dan batu, kini alat itu mangkrak, karena dilarang bekerja.

“Kami sudah ke Kodim, Polres dan Pemkab Karangasem, tetapi tidak ada solusi apa-apa. Tetapi kami dilarang bekerja,” katanya sembari menambahkan, katanya tidak boleh untuk menghindari terjadi kamacetan saat terjadi evakuasi.

Kerugian yang begitu besar yang harus ditanggung pengusaha galian C di Karangasem ini hanya bisa diselesaikan jika Penlok (izin penentuan lokasi) bandara Internasional Bali Utara keluar, pasalnya di sanalah pembangunan yang paling banyak membutuhkan pasir dan Sirtu.

“Kami hanya berharap kepada pemerintah pusat dan daerah agar izin penlok untuk bandara Bali Utara itu segera dikeluarkan, sehingga kami bisa bekerja. Kalau begini, kami bisa bangkrut. Kami terus ditagih utang, kami sudah menjual asset yang begitu besar untuk membiayai semua ini,” kata Suda yang didampingi pemilik lahan Mangku Arta Suteja.

Sebagai pemilik lahan Artha Suteja juga menginyakan ungkapan Made Suda tersebut. Menurut Mangku, yang sudah berpengalaman menghadapi ancaman gunung Agung seperti ini, sebenarnya pemerintah terlalu panic menghadapi situasi seperti ini, padahal tidak apa-apa.
“Kami dulu mengalami hal seperti ini, Gunung Agung sekarang ini belum tentu meletus, jika gempa-gempa itu dijadikan ukuran gunung akan meletus, ini jelas tidak bisa dibenarkan,” kata Mangku Suteja.

Dari kondisi yang ada sekarang ini, masyarakat akhirnya mengalami kerugian, tidak bisa bekerja, sementara ternak mereka sudah terjual, mereka mengungsi entah kapan harus balik ke rumahnya. Di sisi lain Mangku Suteja sendiri sampai detik ini belum mau mengungsi, karena yakin gunung Agung tidak meletus.

Sebagai pemilik lahan galian C, Suteja merasa dirugikan oleh pemerintah yang tidak memberikan kejelasan, kapan harus menurunkan status gunung Agung ini.

Banyak pekerja galian C tidak bisa bekerja, dan mereka menganggur, kerugian sangat besar, kata Mangku Suteja. DRA – MB