Semburan gelembung di TPA sampah di Banjar Peh (TPA Peh), Desa Kaliakah, Kecamatan Negara kagetkan warga Jembrana/MB
Jembrana, (Metrobali.com) –
Semburan gelembung di TPA sampah di Banjar Peh (TPA Peh), Desa Kaliakah, Kecamatan Negara kagetkan warga Jembrana.
Selain memunculkan suara berdesis seperti tabung gas bocor, juga menimbulkan bau menyengat hidung. Namun hal tersebut tidak mengganggu aktivitas pekerja TPA dan sejumlah pemulung.
Gelembung berdesis seperti semburan gas ini muncul dari retakan tanah berlumpur diareal TPA Peh, Kaliakah.
Kondisi tersebut sempat direkam dan dividiokan sejumlah warga melalui berbagai akun media sosial (Medsos).
Munculnya gelembung gas dengan bau menyengat hidung menurut Ketut Daton (59), operator eskavatot di TPA Peh, Kaliakah diketahui sekitar sebulan lalu (Desember 2017) setelah diurug sisa sampah.
Sebelumnya pihak rekanan membuat lubang seperti kubangan. Untuk mengurangi ketinggian sampah, hasil sisa sampah kemudian ditimbun di lubang yang dibuat rekanan.
“Itu proyek rekanan untuk perluasan TPA Peh. Gelembungnya keluar setelah lubang dibuat rekanan diurug sisa sampah” ujar PNS dari Desa Kaliakah yang bertugas di Dinas LH Pemkab Jembrana, Senin (15/1).
Ia tidak tahu pasti gas apa yang keluar dari retakan tanah dan berlumpur itu. Kejadian tersrbut menurutnya baru pertamakali terjadi sejak dirinya mulai bekerja tahun1994.
“Karena ada lumpur jadi bergelembung dan berdesis. Kalau tidak, yang keluar hanya suara saja” ujarnya.
Wayan Tuiana (38), pelaksana perluasan TPA Peh mengaku sudah mengetahui hal tersebut akan terjadi diareal perluasan TPA Peh seluas 65, 8 meter kali 28,15 meter dengan kedalaman 4,78 meter sehingga pihaknya memasang rangkaian pipa dibagian bawah timbunan sampah.
“Mungkin gas metana dari hasil permentasi sampah. Sebenarnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Tapi kalau berlama-lama tanpa masker bisa lemas” imbuh Putu Ardika.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jembrana, Ketut Kariadi Erawan mengaku sudah mengecek dan hal tersebut sudah biasa terjadi disetiap TPA.
“Itu gas metan. Muncul dari proses permentasi sampah” ujarnya.
Diakuinya kejadian ini baru pertama terjadi karena pihaknya menggunakan geo membrane kedap air dibagian bawah. Sehingga tidak ada yang meresap ke tanah melaikan keluar keatas melalui celah-celah timbunan tanah.
Menurutnya semua pekerja disana termasuk pemulung harus memenuhi SOP salah satunya menggunakan masker sebagai pelindung.
“Ini peluang ekonomis. Akan kami kaji untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif” ujarnya. MT-MB