Aksi Car Free Day Kabupaten Gianyar, Bali.

Denpasar, (Metrobali.com) –

Meluapnya air di kawasan Teluk Benoa dan sekitarnya membuat perjuangan masyarakat Bali untuk menolak rencana reklamasi Teluk Benoa kian meluas ke berbagai wilayah. Minggu (5/6), di Gianyar, Badung, Denpasar dan Jakarta, berbagai elemen masyarakat bergerak dan juga memasang atribut penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa. Aksi yang digelar oleh berbagai komponen masyarakat juga bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Aksi penolakan reklamasi di berbagai wilayah dimulai sejak pagi hari, sekitar pukul 07.00, pemuda di Gianyar menggelar aksi di Taman Kota Ciung Wanara dengan mengambil titik kumpul di area parkir Gor Kebo Iwa, Gianyar. Puluhan anak muda dengan dilengkapi atribut seperti bendera dan spanduk ini menggelar aksinya bertepatan dengan car free day. Diiringi dengan suara penolakan, mereka menyampaikan aspirasi sambil berjalan santai dengan damai di pusat kota di Gianyar. Aksi penolakan reklamasi bersamaan dengan car free day ini digelar serentak di tiga wilayah di Indonesia, selain di Bali aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa juga di gelar oleh ForBALI Klungkung, dan juga ForBALI Jakarta pada waktu yang sama. “Dalam keadaan apapun, aksi penolakan terhadap rencana reklamasi akan terus kami lakukan sampai dengan reklamasi Teluk Benoa di batalkan” ujar Wayan Agus Muliana, salah seorang peserta aksi di car free day Gianyar.

 Aksi Penolakan reklamasi teluk benoa di Car Free Day Jakarta (2)

Di wilayah Gianyar, selain aksi bertepatan dengan car free day, Forum Pemuda Payangan yang bergerak dengan mendirikan baliho dan atribut bendera ForBALI pada pukul 17.00. Komang Dodik Sukadana, salah satu penggagas Forum Pemuda Payangan saat ditemui disela-sela aksi berlangsung menjalaskan, penolakan reklamasi Teluk Benoa adalah bagian dari komitmen pemuda sebagai warga Bali. “Sebagai komitmen masyarakat Bali, khususnya Payangan yang ikut menyuarakan penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa,” ujarnya.

Dodik juga menyampaikan, gerakan yang dilakukannya berasam dengan pemuda lainnya merupakan bentuk perlawanan dari Bali bagian tengah untuk ikut menjaga alam, khususnya Teluk Benoa. “Teluk Benoa bukan hanya milik masyarakat pesisir, namun milik masyarakat Bali, maka dari itu patut kita jaga bersama,” tegasnya.

Satu baliho berukuran 6X4 meter pun berdiri gagah dipasang oleh puluhan anak muda ini menjelang malam. Tidak hanya itu, dua bendera ForBALI berukuran 1,5×3 meter pun ikut dikibarkan oleh anak muda ini dengan mengambil tempat di dekat Gedung Serba Guna (pasar Payangan). Begitu pun di Batubulan, menjelang malam hari ikut  mendirikan baliho.

Di tempat yang berbeda, seperti di Kabupaten Badung pun ikut mendirikan baliho.Yakni pemuda Cemagi turut memasang baliho tolak reklamasi Teluk Benoa berukuran 3×5 meter pada pukul 10.00 pagi di empat titik, diantaranya Pantai Mengening, Pertigaan Pantai Munggu menuju pantai seseh, Pertigaan Banjar Keliki dan Perempatan Lampu Merah Munggu.

Sementara itu di Denpasar juga dilakukan pemasangan baliho. Di antaranya di Kesiman oleh 5 Sekaa Teruna Teruni Banjar Tohpati, Banjar Kertajiwa, Banjar Tanguntiti, Banjar Biaung dan Banjar Kesambi.

Sedangkan, untuk di daerah Sanur, dilakukan oleh Griya Jero Gede Sanur dengan memasang dua baliho, diantaranya di perempatan KFC dan perempatan Danau Beratan.

Seluruh perwakilan masing-masing pemuda yang memasang baliho di Denpasar, Gianyar dan Badung meminta kepada Presiden Joko Widodo untuk mencabut Perpres 51 tahun 2014 warisan dari Presiden ke Enam, Susilo Bambang Yudhono. Mereka juga meminta kepada Pemerintahan di Bali tidak mengabaikan suara rakyat Bali. FRB-MB