Washington (Metrobali.com)-

Presiden George W Bush sepenuhnya sadar dan menjadi bagian tak terpisahkan dari penyiksaan tersangka teroris oleh badan sandi Amerika Serikat CIA, kata mantan wakil presiden Dick Cheney pada Rabu (11/12).

Laporan Senat Amerika Serikat itu, yang ditunggu-tunggu dan dilansir pada Selasa dengan menyebutkan perlakuan keji dan penyiksaan terhadap tahanan, menyatakan Bush baru mengetahui rinciannya pada 2006, empat tahun sesudah dimulai akibat serangan 11 September atas New York dan Washington.

Tahanan dipukuli, dikesankan tenggelam -beberapa dari mereka puluhan kali- dan dipermalukan melalui penggunaan menyakitkan perawatan tidak perlu makan dan minum lewat dubur, kata laporan itu.

Saat berbicara kepada Fox News, Cheney membantah Bush berada di luar lingkaran itu. Ia menyatakan sang presiden adalah bagian tak terpisahkan dari kegiatan tersebut dan ia harus menyetujuinya.

Ketika ditanya apakah Bush mengetahui rincian pemeriksaan dilakukan, Cheney menjelaskan, “Kami membahas cara. Kami tidak berusaha menyembunyikannya.” Bush belum berbicara secara terbuka tentang laporan Senat itu, yang dikecam pedas seluruh dunia atas yang CIA sebut “cara pemeriksaan disempurnakan” tersebut, di tengah seruan agar semua yang terlibat diadili.

CIA sengaja menyesatkan Kongres dan Gedung Putih tentang nilai sandi, yang dikumpulkan pemeriksanya, kata laporan itu.

Menurut ringkasan 500-halaman temuan Panitia Sandi Senat itu, rapat pertama CIA dengan Bush tentang cara pemeriksaan tersebut pada 8 April 2006.

Beberapa tahanan -termasuk Abu Zubaydah, diduga tangan kanan Osama bin Laden, dan Abd Rahim Nashiri, yang diduga memimpin gerakan Alqaida di Teluk, menjadi sasaran penyiksaan sejak awal 2002, katanya.

Pemeriksa asal Amerika Serikat menyiksa tersangka Alqaida di penjara rahasia, tapi rincian laporan Senat atas skandal itu dimanfaatkan oleh teman Amerika Serikat, yang terkejut, dan musuhnya.

Tiongkok dan Iran, yang catatan hak asasi manusianya sering dikecam Washington, mengutuk pelanggaran itu, begitu juga Jerman dan pemimpin baru Afghanistan, yang mendukung Amerika Serikat.

“Pelanggaran berat seperti itu atas nilai liberal dan demokratik kita tidak boleh terjadi lagi,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier, yang mencerminkan rasa malu sekutu Eropa Washington.

Tiongkok, kekuatan besar pesaing Amerika Serikat, yang sering dikecam Washington dalam catatan hak asasi manusianya, juga tidak terkesan.

“Kami percaya Amerika Serikat seharusnya bercermin, memperbaiki caranya dan sungguh-sungguh menghormati serta mematuhi aturan antarbangsa,” kata juru bicara kementerian luar negeri Tiongkok Hong Lei.

Dengan melihat kesempatan menohok musuh bebuyutannya itu, Iran menggunakan laporan itu untuk melemparkan kembali kecaman hak asasi manusia, yang secara teratur diterimanya.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di Twitter menyatakan Amerika Serikat adalah lambang kezaliman terhadap kemanusiaan, bukan hanya penyiksaan oleh CIA, tapi dalam penegakan hukum di dalam negerinya.

PBB menyatakan penyiksaan itu melanggar hukum antarbangsa dan hak asasi manusia, sementara kelompok pembela CAGE, yang berpusat di Inggris, menuntut upaya pidana.

Di seluruh dunia, badan hak asasi manusia menuntut Presiden Amerika Serikat Barack Obama -yang menghentikan penyiksaan itu, tapi belum memburu pelakunya- mengambil tindakan hukum.

Tampaknya, itu tidak mungkin. Di Washington, pejabat tinggi kepada wartawan menyatakan tidak ada dalam laporan Senat itu yang akan mengubah keputusan tidak mengadili.

Laporan itu, yang disiarkan ketua panitia asal Demokrat, Dianne Feinstein, atas keberatan beberapa rekan Republiken-nya, menyatakan penyiksaan oleh CIA lebih keji daripada yang diakui sebelumnya.

Itu juga diawasi secara buruk dan tidak memadai, kata temuan tersebut.

Dalam menanggapi laporan itu, Obama mengakui bahwa penyiksaan tidak berhasil dan bertentangan dengan nilai Amerika Serikat.

“Tidak ada bangsa sempurna,” katanya, “Tapi salah satu kekuatan, yang membuat Amerika Serikat luar biasa, adalah kesediaan kita terbuka menghadapi masa lalu, menghadapi ketidaksempurnaan, membuat perubahan dan melakukan yang lebih baik.”  (Antara/AFP)