vaksin

Nusa Dua, Bali (Metrobali.com)-

Perseroan Terbtasa Bio Farma (Persero) mengembangkan vaksin tifus sebagai salah satu bentuk dukungan pencegahan dan pemberantasan penyakit tifus di Indonesia.

Direktur Marketing Bio Farma Mahendra Suhardono saat pelaksanaan Konferensi Internasional tentang Tifus di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Jumat (1/5), menjelaskan pengembangan vaksin tifoid atau tifus tersebut dihasilkan atas transfer teknologi dari Sabin Vaccine Institute, sebuah pusat penelitian vaksin di Amerika Serikat dan IVI Korea.

“Kami berharap dalam waktu dekat Vaksin tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia,” katanya.

Menurut dia, perusahaan BUMN itu turut bertanggung jawab dalam mencapai kemandirian vaksin dalam negeri dengan memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri.

Vaksin Tifoid Konjugat yang dikembangkan oleh Bio Farma saat ini sedang dalam tahap pra uji kilinik dan diharapkan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat pada tahun 2018.

Penyakit tifus hingga saat ini masih menjadi ancaman sejumlah negara khususnya negara-negara berkembang di kawasan Asia dan Afrika, termasuk Indonesia.

dr.Bonita Effendi dari Universitas Indonesia dalam konferensi yang digelar Coalition against Typhoid (CaT) bekerja sama dengan Bio Farma itu menyampaikan bahwa masih ada beberapa provinsi di Tanah Air yang angka penderita tifoidnya diatas 1,6 persen di antaranya Aceh, Bengkulu, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Banten, Jawa Barat, Papua Barat, Papua, Gorontalo, dan Kalimantan Timur.

“Risiko kematian akibat tifus adalah 1,25 persen dan hal ini diakibatkan karena rendahnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan sebelum melakukan persiapan makanan, juga akses air bersih khususnya penggunaan air bekas pada berbagai kebutuhan rumah tangga di Indonesia,” ucapnya.

Untuk itu, penanganan penyakit tersebut paling baik dilakukan dengan mencegah yakni menjaga perilaku hidup sehat.

Sementara itu pada tataran dunia, menurut rilis resmi yang dikeluarkan Coalition against Typhoid (CaT), tifus menyerang sekitar 21 juta orang terbanyak terjadi pada anak usia dibawah 15 tahun yang menyebabkan kematian 216.000 per tahun.

Sedangkan penyakit “Invasive Non-Typhodial Salmonela” menyebabkan sekitar 3,4 juta kejadian dan 681.316 kematian per tahun. AN-MB