Moskow (Metrobali.com) –

Juru bicara Presiden Vladimir Putin menyerang balik Uni Eropa (EU) pada Selasa, dengan menyatakan adalah salah mengecam Rusia atas keputusan Ukraina untuk mundur dari kesepakatan perdagangan dengan EU dan mendekatkan diri ke Moskow.

“Dalam hal ini, tidak patut berbicara tentang tekanan apa pun,” kata kantor berita Interfax mengutip keterangan juru bicara Putin, Dmitry Peskov, yang menyatakan tanggapan umum pertama Rusia terhadap pernyataan bernada keras pemimpin Uni Eropa pada Senin.

Pernyataan itu mencerminkan ketegangan Rusia dengan Eropa Bersatu atas pergeseran Ukraina, yang tiba-tiba menghentikan persiapan mendaftar untuk perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa pada temu puncak di Vilnius pada Jumat dan menyatakan akan menumbuhkan hubungan dagang lebih erat dengan Moskow.

Keputusan Ukraina menyusul berbulan peringatan Rusia bahwa Moskow dapat memberlakukan hukuman perdagangan pada tetangganya dan mengisyaratkan bisa memotong pengiriman gas alam.

Dalam pernyataan pada Senin, dua pejabat paling tinggi Eropa Bersatu menyatakan sangat tidak setuju terhadap sikap dan tindakan Rusia dalam hal itu.

Peskov menyatakan Putin berulang kali menyatakan sikap Rusia akan menyambut keputusan Ukraina, kata Interfax.

Rusia ingin Ukraina masuk Serikat Pabean dengan bekas republik Soviet lain. Moskow juga menuduh Eropa Bersatu menekan Kiev.

Keputusan Ukraina tidak menandatangani kesepakatan penguatan hubungan dengan Eropa Bersatu didorong hanya oleh ekonomi dan merupakan siasat, kata Perdana Menteri Mykola Azarov pada pekan lalu.

Azarov kepada parlemen mengatakan bahwa langkah itu, ditambah perbaruan pembicaraan giat dengan Rusia, tidak mengubah upaya pembangunan menyeluruh Ukraina.

Keputusan itu dikecam pemimpin Eropa, Amerika Serikat dan lawan Ukraina. Pemimpin lawan menyatakan keputusan bisa menjadi dasar untuk menggulingkan Presiden Viktor Yanukovich.

Tapi, Azarov menyatakan langkah itu hanya satu-satunya kemungkinan pilihan.

“Keputusan menangguhkan penandatanganan perjanjian dengan Eropa Bersatu sulit, tapi satu-satunya kemungkinan dalam keadaan ekonomi Ukraina saat ini. Keputusan itu ditentukan hanya oleh alasan ekonomi dan merupakan siasat,” kata Azarov.

Ia menyatakan pemerintah akan memusatkan perhatian pada upaya membarui hubungan perdagangan dengan Rusia, mitra utama perdagangan dan pemasok gas Ukraina. (Ant/Reuters)