Bandem

Denpasar,  (Metrobali.com) –

Yayasan Widya Dharma Shanti (WDS) di Bali selama 14 tahun sejak 2001, telah berkembang menjadi salah satu badan penyelenggara pendidikan terbesar di Pulau Dewata, khususnya dalam bidang teknologi informasi dan komputer.

“Sejumlah perguruan tinggi dan sekolah yang bernaung di bawah Yayasan WDS kini menampung sekitar 10.000 orang yang terdiri atas mahasiswa 8.000 orang dan siswa 2.000 orang,” kata Pembina Yayasan tersebut Prof. Dr. I Made Bandem, MA di Denpasar, Senin (1/6).

Ia mengatakan yayasan WDS antara lain mengelola Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (Stikom) Bali, Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Bandung dan sekolah menengah kejuruan (SMK) teknologi informasi (TI) Bali Global di Kota Denpasar, Dalung, Singaraja, Karangasem dan Jimbaran.

Selain itu SMKTI Indonesia Global (Ponorogo), Politeknik Nasional Denpasar, Poltek Ganesha Guru Singaraja, LPBA (Denpasar dan Grokgak), Bisma Informatika (Denpasar), dan LPBAI Denpasar, Bandung, Banyuwangi dan Yogyakarta.

Demikian pula mengelola PJJ STIKOM Bali di Singaraja, Karangasem dan Bima, Nusa Tenggara Barat, selama ini telah berperanserta dalam menyukseskan program pendidikan nasional sekaligus meningkatkan daya saing bangsa.

Menurut Made Bandem, apa yang telah dicapai oleh Yayasan karena memiliki kesamaan visi dan kerja keras para pendiri dan pengurus yayasan di antaranya Satria Dharma, Ida Bagus Dharmadiaksa, Ibu Lilis Yuningsih, Nyoman Swastika, Marlowe Bandem dan Dadang Hermawan selaku Ketua Stmik Stikom Bali.

Keunggulan tersebut juga berkat kemitraan dengan berbagai pihak, baik mitra bisnis, perguruan tinggi lainnya dan pemerintah.

“Masih segar dalam ingatan bagaimana Puspayoga, selaku Wali Kota Denpasar periode 2000-2005, 2005-2008 dengan gigih mendorong dan membukakan jalan bagi kami, saat pembangunan kampus utama Renon, Denpasar,” ujarnya.

Demikian pula Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, yang terus merangkul dan menyertakan STMIK Stikom Bali dalam berbagai agenda kreatif di lingkungan Kota Denpasar, termasuk memberi ruang bagi aktivitas tri dharma perguruan tinggi STMIK Stikom Bali dalam konstruksi visi ideal Denpasar sebagai kota pusaka, kota kreatif dan kini sebagai kota pintar, ujar Made Bandem.

Menurut Made Bandem, pendidikan TIK adalah domain yang terus berevolusi, karena Kita sedang hidup dalam sebuah dunia yang berputar 24 jam tanpa henti oleh terjalinnya globalisasi yang revolusioner dan kecanggihan perkembangan TIK yang mengubah cara melakoni kehidupan.

Konektivitas dan portabilitas dunia dewasa ini membuat kekangan ruang dan waktu menjadi kabur dan teknologi yang canggih mendorong pertukaran informasi, bahkan sampai titik melanggar kebebasan pribadi.

“Kita secara pasti didesak makin dalam memasuki palung kenyataan yang tak berbatas, kita beredar dalam berbagai cakrawala budaya dunia,” katanya.

Semua itu menjadi tantangan, dan sebagai jawaban yayasan WDS terus mengupayakan lahirnya ahli-ahli TIK yang handal, namun juga sebagai pencipta berbagai karya TIK yang berbicara dari sudut pandang budaya Bali.

Banyak mahasiswa dan lulusan Stikom berhasil menciptakan aplikasi yang memadukan kecerdasan teknologi dengan kreativitas kewirausahaan, khazanah seni budaya Bali-Nusantara, dan relung pencerahan spiritual, ujar Prof Bandem. AN-MD