Waspada, Jantung & Stroke Serang Usia Produktif
Penyakit Kardiovaskular merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia termasuk di Indonesia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2008, angka kematian akibat penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke diperkirakan akan meningkat menjadi 17,5 juta hingga 20 juta per tahun pada 2015 dan akan terus meningkat hingga 30 juta pertahun tahun 2030.
Sementara di kawasan Asia, penyakit ini menyerang usia lebih muda daripada di negara-negara belahan barat. Hampir separuh dari mereka yang meninggal karena penyakit kronis, termasuk penyakit jantung dan stroke, dimana dalam usia produktif yakni 15-69 tahun.
Menurut dr Kadek Susila Surya Darma, penyakit jantung koroner dan stroke banyak menyerang penduduk di Indonesia. Kondisi ini menurutnya, akibat penyempitan atau penyumbatan di dinding pembuluh darah koroner yang mencegah darah mengalir ke jantung dan otak.
“Penyakit jantung koroner itu kan penyakit karena faktor resiko dan disebabkan adanya endapan lemak dan kolesterol pada dinding pembuluh darah yang menyuplai hati atau otak. PJK seringkali disebut sebagai “silent killer”, ujarnya saat ditemui di acara Talkshow Wellness PJK dan stroke yang digelar oleh Laboratorium Klinik Prodia dengan tema “Berdenyut Sampai Usia Lanjut” di Denpasar, Sabtu (27/8/2016).
Di Bali sendiri tingkat kesadaran masyarakat dalam memeriksakan dirinya ke dokter relatif bagus. Bahkan di RS Sanglah pihaknya cukup rutin melakukan ceramah terkait pemahaman pencegahan deteksi dini penyakit jantung koroner.
“Untuk kardiologi di Bali spesialis penyakit jantung sudah tersebar hampir di semua kabupaten, sudah bisa dilakukan, penanganannya sudah terintegratif, obat-obatan sampai katerisasi ada 3 center, 4 sesungguhnya, satu di Sanglah, Siloam Bali Med dan Badung belum beroperasi. Untuk kardiologi semua kabupaten sudah ada yang belum itu Karangasem, Klungkung dan Negara. Tata laksana sudah sesuai dengan pengobatan sudah sesuai Eropa internasional,” ujarnya.
Di Bali sendiri, tingkat kesadaran masyarakatnya lumayan tinggi, katanya bahkan di RS Sanglah, pihaknya ikut memberikan ceramah kepada para pengunjung pasien.
Penyakit jantung koroner, menurutnya masih bisa dicegah secara dini. Bagaimana caranya? Seperti dengan merubah gaya hidup, hidup sehat, pemeriksaan berkala ke laboratorium, olahraga, dan bertawakal kepada Tuhan YME. “Ingat panca sehat,” tandasnya.
Sementara itu, dr IGA Swarniningsih, menjelaskan selain penyakit jantung koroner, stroke juga merupakan salah satu momok penyakit yang mematikan. Menurutnya, ada perubahan gaya hidup terutama dialami oleh orang muda perkotaan modern.
“Perilaku seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food), makanan berkadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga dan stress. Masyarakat hanya ingin menikmati pemuasan perutnya saja, tanpa berpikir bahwa apa yang dia makan dan kerjakan saat ini mungkin saja merupakan faktor penentu kelangsungan hidupnya kelak,” ujar dokter yang sehari-hari bertugas Di RS Surya Husada ini.
Penyebab stroke itu sendiri, katanya, apabila terjadi aliran darah otak terganggu, sehingga ada dua penyebab stroke yakni penyempitan, pengerasan sumbatan sebesar 80 persen terjadi saat pembuluh darah, sehingga menimbulkan gejala. Kalau pasien itu perokok maka penyumbatan hanya 20 persen. Tidak ada ukuran seberapa besar tapi stabil dan tidak stabil.
Stroke itu meski penyebab kematian tertinggi namun jika ada diabetes dan kelainan jantungnya, maka harus secepatnya dibawa ke RS, imbuhnya.
Sementara itu, Regional Product Executive 6 PT Prodia Widyahusada, Agnes Hartati mengatakan, pihaknya melakukan seminar awam dengan topik PJK dan Stroke. Sehingga masyarakat diharapkan untuk lebih waspada.
“Penyakit PJK angka kematiannya cukup tinggi, sekarang ini dialami oleh usia produktif. Penyebabnya karena faktor resiko, ada faktor resiko yang dimodifikasi dan ada yang tidak bisa dimodifikasi,” katanya.
Lebih jauh dipaparkannya, ada faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi yaitu faktor usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dan ras. Sementara faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi adalah dislipidemia atau gangguan lemak dan darah, diabetes, hipertensi, obesitas dan kebiasaan merokok.
“Untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular dapat dilakukan deteksi dini dengan melakukan pemeriksaan laboratorium. Sebagai laboratorium klinik kami mengedapankan tindakan preventif khususnya dalam penyakit degeneratif khususnya penyakit kardiovaskular, karena itu kami laboratorium klinik Prodia menyelanggarakan seminar yang diperuntukan bagi masyarakat awam. Kita roadshow di 18 kota besar,” pungkasnya. SIA-MB
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.