Keterangan foto: Ketua Badan Kerja Sama Organisasi Wanita (BKOW) Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H.,M.M.,M.H., saat menjadi pembicara dalam Pendidikan dan Pelatihan untuk Calon Legislatif Perempuan yang digelar pada 17-23 Oktober 2018 di aula Kantor Perdiknas Denpasar/MB

Denpasar (Metrobali.com) –

Ketua Badan Kerja Sama Organisasi Wanita (BKOW) Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H.,M.M.,M.H., berbagai resep dan strategi untuk memperkuat kapasitas dan karakter caleg perempuan agar meraih hasil maksimal di Pemilu Legislatif (Pileg) 2019. Berbagai tips praktis disampaikan dalam Pendidikan dan Pelatihan untuk Calon Legislatif Perempuan bertajuk “Perempuan Mampu Bila Mau dan Siap” yang digelar BKOW Bali pada 17-23 Oktober 2018 di aula Kantor Perdiknas Denpasar.

Dalam paparannya di hadapan puluhan peserta diklat politik ini, Tini Gorda menekankan caleg perempuan harus berbekal metode 3P, karakter GTS hingga modal 5O. “Dengan kombinasi tiga hal tersebut kami optimis para caleg perempuan ini tidak sekadar untuk memenuhi kuota pencalonan. Kami ingin keterwakilan 30 persen perempuan di lembaga legislatif benar-benar bisa terwujud,” katanya saat ditemui di Denpasar, Minggu (21/10/2018).

Lebih lanjut dipaparkan, sebuah organisasi harus berfungsi sebagai 3P yakni memberikan pendidikan, pencerahan dan pemberdayaan. Ketiga peran itu juga harus dijalankan caleg perempuan sebagain bagian dari organisasi partai politik (parpol).

Peran pendidikan dilakukan baik secara pribadi dengan terus mengasah kemampuan diri maupun juga memberikan edukasi politik dan edukasi lainnya kepada masyarakat luas. Sementara peran pencerhan misalnya dilakukan dengan mengajak masyarakat mengubah paradigma dan mindset tentang politik dan tentang caleg perempuan.

“Masyarakat harus dicerahkan bahwa politik uang itu tidak membangun masyarakat dan bisa menghancurkan negeri. Khususnya pemilih perempuan juga harus dibangkitkan kesadaran untuk memilih calag perempuan yang bisa akan lebih maksimal memperjuangkan kepentingan mereka,” ujar Tini Gorda yang juga Ketua Umum Forum Komunikasi Wilayah Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak  (Forkomwil Puspa) Provinsi Bali itu .

Sementara muara dari pendidikan dan pencerahan ini adalah terwujudnya pemberdayan masyarakat. Para caleg perempuan ini harus melakukan berbagai aksi nyata untuk mendukung pemberdayaan masyarakat khususnya juga kalangan perempuan baik dari generasi muda hingga kalangan ibu-ibu.

“Misalnya pemberdayan ekonomi. Bagaiman membuat perempuan mampu mandiri secara ekonomi dan menguatkan perekonomian keluarga. Berikan berbagai pelatihan untuk menjadi wirausaha atau membuka industri rumahan,” papar Tini Gorda yang juga Ketua IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Provinsi Bali itu.

Berikutnya caleg perempuan ini harus memiliki karakter GTS yakni “Good, Trustworthy dan Smart”. Dijelaskan “Good” ini menyangkut ketaatan terhadap berbagai norma baik agama, kesopanan, kesusilaan dan hukum. Seorang anggota legislatif dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai wakil rakyat harus taat aturan.

Sementara “Trustworthy” ini diawali dengan komitmen untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat. Kemudian dilanjutkan dengan aksi nyata yang konsisten sehingga apa yang diucapkan atau komitmen awal tersebut dapat dipercaya.

“Jika aspek ‘Good’ dilakukan secara konsisten maka seorang anggota legislatif akan dipercaya hingga timbul ‘Trustworthy’. Muaranya seorang anggota legislatif dengan ‘Good’ dan ‘Trustworthy’ akan bisa menjadi panutan atau role model,” ungkap Tini Gorda.

Semangat “Good” dan “Trustworthy”  harus disempurnakan dengan “Smart” yang merupakan kunci untuk mempertahankan dua aspek tersebut. “Smart” teraktualisasi melalui tindakan yang kreatif, inovatif dan adaptif terhadap dinamika perubahan.

Seorang anggota legislatif harus selalu punya upaya kreatif dan inovatif untuk melakukan perbaikan kesejahteraan masyarakat dan memecahkan berbagai masalah pembangunan. Ia juga harus adaptif dengan berbagai perubahan yang ada sehingga mampu mengakselerasi pembangunan bersama pemerintah.

“Ketika perempuan berkarakter GTS sudah berdaya guna maka mereka siap mengambil peran strategis dalam pembangunan,” tegas Tini Gorda yang juga Ketua Yayasan Perdiknas Denpasar itu.

Selanjutnya diperlukan juga langkah strategis caleg perempuan agar bisa terpilih sebagai anggota legislatif dan mencapai keterwakilan 30 di parlemen. Caranya dengan kerja tim dan sinergi. Namun upaya itu harus terlebih dulu didukung dengan modal 50. Yakni otak (pikiran), otot (semangat), omong (komunikasi), orang (jejaring) dan ongkos (finansial yang cukup).

“Caleg perempuan akan mampu mengisi minimal 30 persen kursi legislatif  bila mau dan mampu dengan kombinasi metode 3P, karakter GTS, sinergi dan bermodal 5O,” pungkas Tini Gorda.

Sementara itu kegiatan diklat politik yang berlangsung selama 7 hari penuh ini hasil kerjasama BKOW Bali dengan Puspa Forkomwil Bali ini dalam rangka menggembleng dan menyiapkan caleg perempuan untuk mencapai keterwakilan minimal 30 persen anggota legislatif perempuan di parlemen.

Kegiatan ini pun disambut antusias para caleg perempuan. Tercatat ada 61 orang caleg perempuan lintas partai politik (parpol) dari semua tingkatan baik caleg DPRD kabupaten/kota, DPRD Bali dan DPR RI mengikuti kegiatan ini.

BKOW akan menjadi pionir mengawal keterwakilan perempuan di legislatif dari Bali. Sebanyak 61 orang ini juga akan mejadi pilot project untuk memenangkan caleg perempuan di seluruh Bali

“Kami ingin  masyarakat memilih mereka karena memang berkualitas. Itu sebabnya kami pertajam kemampuan mereka melalui kegiatan seperti ini. Kami ingin perkuat karakter dan kapasitas para caleg perempuan, sehingga mereka dipercaya untuk duduk di lembaga legislatif,” tutup Tini Gorda.

Pewarta : Widana Daud
Editor: Hana Sutiawati