Ilustrasi : Suasana ritual di Pura Besakih

Denpasar, (Metrobali.com)-

Sikap toleransi krama Bali kepada para pendatang, penghormatan kepada para tamu (yang melekat dalam budaya Bali), semestinya tidak mengurangi kewaspadaan Kita akan niat dan itikad tidak baik dari berbagai pihak yang bisa merugikan krama Bali dalam jangka menengah dan jangka panjang.

Hal itu dikatakan I Gde Sudibya, pengamat ekonomi pembangunan dan kebudayaan Bali, Sabtu 23 Maret 2024, sebuah refleksi menyongsong raina Purnama Sasih Kedasa Icaka 1946, bersamaan dengan Pujawali Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih.

Dikatakan, kerugian bisa holistik yakni berupa kerusakan alam, keterpinggiran masyarakat secara ekonomi, degradasi terhadap nilai- nilai budaya.

Oleh karena itu, lanjut I Gde Sudibya, kesadaran akan kewaspadaan akan masa depan yang harus ditumbuhkan di kalangan masyarakat Bali, untuk memperkuat daya saing ekonomi, penguatan kelembagaan adat, budaya dan agama.

“Pengembangan secara lebih serius sistem pendidikan berbasis pasraman, untuk menghasilkan lulusan dengan karakter yang lebih kuat,” katanya.

Menurutnya, pemimpin Bali ke Depan semestinya punya komitmen lebih kuat dalam misi penyelamatan Bali, dalam artian: Alam, Manusia dan Kebudayaan, untuk tidak mudah didikte oleh kekuatan kekuasaan dan kekuatan ekonomi yang datang dari Jakarta, dengan argumentasi kuat tentang keunikan Bali dalam perjalanan sejarahnya.

“Proyek-proyek yang berskala besar yang tidak ramah lingkungan, punya potensi meminggirkan masyarakat secara ekonomi, punya potensi merusak nilai-nilai budaya, tidak lagi bisa ditoleransi,” katanya

Menurutnya, harus bertumbuh kesadaran di kalangan masyarakat untuk memperbaiki ethos kerjanya, meningkatkan kemampuan saing, melawan sindrom “minority complex”, untuk menjawab dan merespos perubahan.

“Sikap “Jengah” kemampuan bersaing harus terus dipupuk, berbarengan dengan kerja-kerja “Metaksu”, kerja dengan ketekunan, proses belajar dan inovasi berkelanjutan (yang merupakan keunggulan budaya Bali) yang harus terus ditumbuh kembangkan,” kata I Gde Sudibya, pengamat ekonomi pembangunan dan kebudayaan Bali. (Adi Putra)