TAMAN BALI (Balinese Garden) yang di bangun di area kompleks taman wisata dunia Marzahn di Berlin merupakan cikal bakal berdirinya Pura Hindu di Berlin yang di kenal dengan nama Pura Tri Hita Karana. Seperti nama yang di sandangnya Taman Wisata Dunia, di dalam taman tersebut selain terdapat Taman Bali juga terdapat taman kebudayaan dunia lainnya seperti  Chinese Garden, Japanese Garde, Balinese Garden, Italianise Garden, Oriental / Midle-East Garden, dll. Di mana taman wisata dunia ini diresmikan tanggal 9 May 1987 dalam rangka perayaan ulang tahun kota Berlin yang ke 750 tahun.

Setelah di resmikannya taman wisata ini di tahun 1987, beberapa peristiwa penting terjadi di Jerman seperti runtuhnya Tembok Berlin pada tanggal 3 Oktober 1989 yaitu tembok yang memisahkan kota Berlin Barat dengan Berlin Timur. Dan selanjutnya diikuti dengan penyatuan negara Jerman di tahun 1991, yang membuat kelangsungan taman wisata dunia tersebut sempat tersendat.

Namuns ecara perlahan satu persatu kebudayaan dunia yang memang telah direncanakan untuk dibangun mulailah dibangun. Pembangunan ini dimulai dari mewujudkan Chinese Garden seluas 27.000 m2 dengan nilai total proyeknya 4,5 Juta Euro. Bangunan ini diresmikan pada tanggal 15 October 2000, dan merupakan Chinese garden yang terluas di Eropa. Kemudian diikuti dengan mewujudkan Japanese Garden seluas 2.700 m2 dengan nilai total proyeknya 1,5 Juta Euro yang di resmikan pada tanggal 30 April 2003. Dan selanjutnya diikuti dengan mewujudkan Balinese Garden seluas 500 m2 dengan nilai proyek 385.000 Euro, dengan konsep bangunan rumah Bali tradisional beserta sanggah (pemrajan) yang didisain tertutup dan diresmikan pada tanggal 18 Desember 2003.

Setelah peresmian Balinese Garden, kemudian diikuti dengan mewujudkan Oriental / Middle-East Garden seluas 6.100 m2 dengan nilai total proyek 2,3 Juta Euro, yang di resmikan pada tanggal 7 July 2005. Setelah itu diikuti dengan mewujudkan Korean Garden seluas 4000 m2 yang merupakan hadiah dari pemerintah Korea dan di resmikan pada tanggal 31 Maret 2006. Setelah Korean Garden kemudian diikuti satu persatu dengan Hecken-Irrgarten, Pflaster-Labyrinth, Karl-Foester Staudengarten, Italian Renaisance Garden, Christlicher garden, dll, yang pembangunannya terus berlanjut hingga kini.

Balinese Garden (Taman Bali)

Balinese Garden ini diwujudkan oleh Pemerintah Jerman selain karena alasan ingin memperkenalkan salah satu kebudayaan dunia yang memiliki karakter yang kuat yang masih ada di dunia ini. Taman Bali juga diwujudkan sebagai bentuk kerjasama “twint-cities” antara kota Berlin dengan kota Jakarta, yaitu dengan dipersembahkannya „Kebudayaan Bali“ oleh Pemerintah Daerah Berlin di tengah-tengah kota Berlin.

Balinese Garden dengan konsep bangunan rumah bali tradisional beserta sanggah (pemrajan), dilindungi oleh atap plastic (rumah kaca) pada bagian atas, sisi kiri dan sisi kanannya. Pelinding bangunan ini dimaksudkan agar batu bata merah, paras, atap (raab) duk dan ambengan (somi) yang merupakan inti dari bangunan pelinggih Pura, bisa tetap terlihat cantik dan terlindungi dari dinginnya suhu udara khususnya hujan salju bila musim dingin tiba.

Balinese Garden disamping menawarkan keaslian suasana Bali, juga menawarkan pemandangan yang eksotis tumbuh-tumbuhan dan bunga-bunga tropis yang banyak di jumpai di negara beriklim trofis. Disain dan rancang bangun dari Rumah Bali dan Sanggah (Mrajan) yang ada di Balinese Garden ini mengacu kepada aturan yang berlaku di Bali, yaitu

Asta Bumi (aturan tentang luas halaman Pura, pembagian ruang halaman, serta jarak antar pelinggih). Asta Kosala Kosali (aturan tentang bentuk-bentuk niyasa (symbol) pelinggih, yaitu ukuran panjang, lebar, tinggi, pepalih (tingkatan) dan hiasan). Sehingga pengunjung yang memasuki rumah kaca Balinese Garden ini bisa benar-benar merasakan spirit dari kebudayaan Bali dan seolah-olah seperti sedang berada di Bali.

Pesan menarik lainnya yang juga ingin disampaikan oleh perancang Balinese Garden di Erholungspark Marzahn ini adalah Bali yang merupakan bagian dari negara Indonesia yang berpenduduk mayoritas beragama islam, namun Bali tetap exist dengan kebudayaannya tersendiri yang unique yang di wariskan secara turun temurun. Dijaman dulu ketika Agama Hindu baru dikenali oleh masyarakat Bali kuna, keyakinan ini bisa berbaur dengan adat istiadat lokal balinya, budayanya, alamnya, hidup berdampingan satu sama lainnya secara harmony hingga akhirnya keyakinan ini dijadikan tuntunan „way of life“ yang dikenal masyarakat dengan „Tri Hita Karana“, yaitu: menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan lingkungan, manusia dengan Tuhan.

Ketiga prinsip keharmonisan hidup yang diyakini oleh masyarakat Bali tersebut bisa di temukan sekaligus didalam area Balinese Garden yang ada di taman Erholungspark Marzahn yang ditampilkan dalam bentuk bangunan Pura model di Bali jaman dulu dengan batu bata merahnya, Bale Piyasan di halaman rumah yang beratapkan ambengan (somi atau ilalang kering), dan tanaman serta bunga yang banyak di jumpai di pedalaman Bali.

Informasi dan penjelasan lebih lanjut yang bisa di dapatkan oleh pengunjung dari keberadaan Balinese Garden (Taman Bali) di Taman rekreasi Marzhan (Erholungspark Marzahn) ini adalah informasi tentang model dan tata letak ruangan dari rumah bali kuna yang di bangun berdasarkan Asta Kosala-Kosali dengan dinding rumah dan dinding pekarangan yang dibangun dari campuran lumpur dan batu bata serta informasi detail dari setiap Pelinggih yang terdapat di Sanggah (Pura).

 

Pura / Sanggah /Pemrajan di Taman Bali Erholungspark Marzahn

Pengunjung yang memasuki area Taman Bali ini dituntun melalui sebuah pintu gerbang yang biasa di kenal dengan Angkul-Angkul. Bangunan rumah adat dan Sanggah (Merajan) yang terletak di pekarangan rumah dipisahkan oleh dinding tembok. Pelinggih yang terdapat didalam area Taman Bali tersebut adalah: Pelinggih Kemulan Rong Tiga , Pelinggih Taksu , Pelinggih Pengrurah , Pelinggih Surya.


Dalam tradisi kebudayaan Bali Kuna, keberadaan sebuah “taman” atau garden memang tidak di atur dalam Asta Kosala Kosali atau Asta Bumi, namun demikian tumbuh-tumbuhan yang di tanam oleh orang bali jaman dulu memang disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhannya, seperti untuk makanan, obat-obatan, bunga persembahan, dan untuk memberikan keteduhan.

Dalam Asta Kosala Kosali, selain Sanggah, Bale Daja, Bale Dangin, Bale Delod, Bale Dauh, Paon (Dapur), dan Gelebeg (Lumbung Padi), di areal kosong di belakang rumah biasanya di alokasikan sebagai “Tebe” (hutan kecil).

Di areal Taman Bali ini, hutan tropis yang merupakan ciri khas Tebe yang ada di bali di isi dengan tumbuh-tumbuhan yang banyak di jumpai di pekarangan rumah, seperti berbagai jenis pakis, bunga kembang sepatu, dan tumbuhan bunga yang sekiranya bisa mencuri perhatian mata pengunjung, yaitu bunga anggrek yang berwarna-warni. Pohon Kamboja (Jepun), salah satu jenis tumbuhan yang dianggap suci / keramat oleh kalangan tertentu di Indonesia, dan bunganya banyak dipakai sebagai bunga persembahyangan di Bali, juga terdapat di Taman Bali ini.

Bali dengan kebudayaannya memang tidak bisa di pisahkan dengan alam dan tumbuh-tumbuhan, salah satunya di kenal adalah perayaan hari suci Tumpek Wariga, penghormatan terhadap tumbuh-tumbuhan. Demikian juga dengan keberadaan Taman Bali (Balinese Garden) di Taman Erholuspark Marzahn Berlin ini, juga tidak bisa di pisahkan dengan keberadaan perkumpulan masyarakat Bali di Jerman yaitu Nyama Braya Bali (NBB) Jerman. Ketut Adnyana dari Berlin