diskusi-akhir-tahun-amo-bali

Suasana diskusi akhir tahun yang diselenggaraan Asosiasi Media Online (Amo) Bali dengan Forum Diskusi Peduli Bali, Senin (26/12) di Kubu Kopi.

Denpasar, (Metrobali.com)-

Di tahun 2016, telah terjadi kehilangan kepercayaan (public trust). Di mana rakyat kehilangan kepercayaan kepada legislative (anggota dewan) dan kehilangan kepercayaan rakyat terhadap para eksekutif ( bupati, wali kota dan gubernur). Begitu juga politisi juga kehilangan kepercayaan kepada rakyat.

Hal itu dikatakan pengamat politik dan sosial Dr. Nyoman Subanda pada diskusi akhir tahun yang diselenggaraan Asosiasi Media Online (Amo) Bali dengan Forum Diskusi Peduli Bali, Senin (26/12) di kubu Kopi.

Pada diskusi refleksi akhir tahun itu menghadirkan anggota DPRD Bali Agung Adhi, Dekan Fakultas Ilmu Politik Undiknas Denpasa, Dr I Nyoman Subanda dan pengamat sosial dan ekonomi Lanang Prabawa Sukawati

Dikatakan Subanda, bahwa dominasi capital telah memberi warna tersendiri bagi perkembangan politik di Bali pada tahun 2016. Dan, di tahun 2017 menjelang Pilgub, politik cavital akan terus mendominasi politik di Bali. Ini dapat dilihat, siapa yang menguasai uang maka ia akan mampu memainkan permainan politik.

Hal senada dikatakan pengamat sosial politik Ngurah Karyadi. Dikhawatirkan dengan mendominasinya politisi berbasis pengusaha akan lebih banyak mencari keuntungan, ketimbang memikirkan kepentingan masyarakat banyak. Rakyat hanya dijadikan alat untuk mencapai tujuan  kekuasaan. Setelah berkuasa, para politisi sering tidak mengingat rakyat.

“Politik dikuasai oleh pengusaha otomatis kekuasaannya akan berada diseputaran akses mereka dan menguntungkan bisnis mereka,” kata Ngurah Karyadi, Ketua Pusat Pergerakan Petani .

Anggota DPRD Bali Anak Agung Adhi Ardhana menilai bahwa ekonomi Bali tahun 2016 menurun, jika dibanding tahun 2015. Dan, pada tahun 2017 ekonomi diprediksi Adhi Ardhana akan semakin membaik  menjelang pelaksanaan Pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur Bali 2018.

Sementara itu, Lanang Prabawa Sukawati, mantan Ketua KPU Provinsi Bali mengkhawatirkan kalau dalam Pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur Bali 2017 head to head.  “Akan terjadi perpecahan lagi di tingkat bawah kalau head to head,” jelasnya.

Dia menyarankan, setidaknya ada tiga pasangan calon Gubernur. Dengan tiga pasang calon gubenur Bali ini masyarakat ada pilihan politik. Dan, apabila pilgub Bali nanti tetap head to head maka ini akan sangat berbahaya. Masyarakat akan terbelah dan media pun ikut terbelah.

‘’Lihat saja pada Pilgub tahun 2104 lalu, dengan head to head maka apa yang kita saksikan, rakyat Bali tidak ada pilihan lain. Dan ini, sangat riskan terjadi konfliks horisontal di masyarakat,’’ kata Lanang Perbawa. RED-MB