Jpeg

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Marutha, Selasa (6/12) sempat datang untuk konfirmasi terkait rencana study tour.

Klungkung ( Metrobali.com )-

SMP Negeri 2 Semarapura Tengah yang berencana melakukan study tour ke SMP Negeri 5 Yogyakarta, akhirnya dibatalkan kepala sekolahnya lantaran menjadi polemik dimasyarakat karena dinilai tidak mengindahkan surat edaran Bupati Klungkung tentang larangan study tour dan pemborosan. Karena polemik tersebut, pihak sekolah akan mengembalikan uang yang telah terlanjur dibayarkan sebesar Rp 1,4 juta oleh siswa khusus kelas IX tersebut.

Batalnya study tour juga ditentang oleh sebagian orang tua siswa yang merasa keberatan lantaran ketiadaan biaya.  Menurut salah satu orang tua siswa, study tour tersebut memang tidak diwajibkan diikuti oleh semua siswa, akan tetapi dianggap tidak adil bagi siswa lain yang tidak ikut. ”Kasihan siswa yang tidak mampu terpaksa tidak ikut. Padahal tidak semua orang tua siswa mampu, beli beras saja ada yang kesulitan,” kata salah satu orang tua siswa yang enggan namanya disebutkan.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Marutha, yang sebelumnya pada hari Selasa (6/12) sempat datang untuk konfirmasi terkait rencana study tour  tersebut, dengan maksud dicarikan solusi, tetapi jawaban sekolah menyebut bahwa tidak ada agenda study tour di sekolah tersebut. “Waktu kami tanya, kepala sekolah bilang tidak ada study tour,” ujar Sekretaris LSM Marutha Yudi Pasek Kesuma, Kamis (8/12).

Kita merasa dibohongi pihak sekolah karena ada kwitansi pembayaran study tour yang pihaknya terima. Dalam kwitansi tersebut tertulis jelas bahwa ada pembayaran sebesar Rp.1,4 juta untuk study tour, imbuhnya.

Selain itu, study tour tersebut telah melanggar surat edaran Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta yang melarang kegiatan study tour keluar Bali. “Dalam Keputusan Presidan tentang saber pungli juga disebut bahwa pungutan untuk study tour termasuk pungli,” tegasnya.

Kepala Sekolah SMPN 2 Semarpaura Made Arnawa, saat dikonfirmasi membenarkan bahwa ada agenda study tour siswa kelas IX ke SMPN5 Yogyakarta dengan biaya sebesar Rp.1,4 juta. Namun rencana tersebut terpaksa dibatalkan karena beberapa hal, diantaranya cuaca yang tidak mendukung sehingga dikhwatirkan perjalanan dengan bus tersebut terganggu.

Disamping itu, sekolah yang rencana akan didatangi menyatakan belum siap menerima kedatangan siswanya, sehingga rencana tersebut dibatalkan.

Arnawa beralasan memilih ke Yogyakarta karena SMPN5 Yogyakarta statusnya sama dengan SMPN2 Semarapura sebagai rujukan sekolah, sehingga dianggap perlu untuk dijadikan study banding.  ”Karena situasi (jadi polemik) juga, makanya batal,”ujarnya.

Dikatakan pula bahwa rencana study tour tersebut merupakan inisatif dari siswa sendiri, sedangkan pihak sekolah hanya memfasilitasi keinginan siswa tersebut, termasuk menentukan programnya dengan mendatangi SMPN5 Yogyakarta. Arnawa berdalih kalau rencana study tour itu kemauan siswa, bukan sekolah.
” Ya karena rencana tersebut dibatalkan, maka pembayaran study tour yang terlanjut dibayarkan akan dikembalikan,” jelasnya.

Lebih lanjut Arnawa menyampaikan bahwa recananya study tour selama kurang lebih 4 hari dan dari 100 lebih siswa yang mendaftar untuk ikut, 75 persen siswa sudah mendaftar dan menyerahkan biaya untuk transportasi seta akomodasi. ”Ya semua biaya yang sudah terlanjur dibayar oleh siswa akan dikembalikan semua,” ujarnya. SUS-MB