Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin, Moskow, 21 November 2019. (Foto: dok).

 

Militer Rusia menyatakan telah memperlihatkan senjata hipersonik terbarunya kepada para inspektur AS.

Kementerian Pertahanan, Selasa (26/11) menyatakan pihaknya mendemonstrasikan Avangard kepada satu tim inspektur AS pekan ini, sebagai bagian dari langkah transparansi di bawah perjanjian senjata nuklir “New Start” dengan AS. Kementerian menyatakan senjata baru itu akan ditempatkan untuk tugas tempur pada bulan Desember.

Presiden Rusia Vladimir Putin meresmikan Avangard itu pada tahun 2018 bersama-sama dengan senjata prospektif lainnya, seraya menyatakan bahwa kemampuannya untuk membuat manuver tajam dalam perjalanannya menuju target akan membuat pertahanan rudal sia-sia.

Militer menyatakan Avangard mampu terbang 27 kali lebih cepat daripada kecepatan suara. Putin mengatakan penciptaan senjata itu merupakan suatu terobosan teknologi, sebagaimana halnya ketika pada tahun 1957 Soviet meluncurkan satelitnya yang pertama.

Simulasi komputer sistem rudal hipersonik “Avangard” milik Rusia yang diuji coba Desember lalu.

Misil Hipersonik Picu Perlombaan Senjata Global Baru

Teknologi rudal baru termasuk apa yang disebut sistem hipersonik yang mampu melakukan perjalanan melebihi 25 kali kecepatan suara memicu perlombaan senjata global baru, demikian menurut laporan baru.

Penelitian ini memperingatkan bahwa runtuhnya Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah antara Amerika dan Rusia bulan lalu merupakan contoh terbaru dari meningkatnya tekanan pada arsitektur keamanan global dan sebuah perjanjian baru sangat diperlukan untuk melawan ancaman teknologi yang muncul.

Rusia melakukan uji terbang sistem rudal hipersonik “Avangard” Desember tahun lalu. Moskow mengklaim rudal itu bisa menempuh 11 ribu kilometer lebih per jam dan mampu menghindari sistem pertahanan seperti yang diperagakan lewat pemutaran animasi dari Kementerian Pertahanan Rusia.

Sistem yang dikenal sebagai kendaraan peluncur hipersonik akan mampu membawa muatan nuklir dan konvensional. Rusia mengatakan Avangard sekarang dalam serangkaian produksi. Amerika, China, dan Australia juga mengembangkan sistemnya sendiri, kata penulis laporan Katarzyna Kubiak dari kelompok analis European Leadership Network.

“Ini akan mengungguli sistem rudal yang ada lewat kecepatan dan kemampuan manuver, dan akan berpotensi melewati sistem pertahanan udara dan rudal yang sudah ada dalam tahun-tahun mendatang. Dan selain itu kita juga menyaksikan eksplorasi teknologi anti-satelit yang mencakup rudal,” katanya.

Pengembangan rudal berkemampuan ganda yang mampu membawa hulu ledak konvensional atau nuklir telah menimbulkan ketidak jelasan baru dan potensi salah perhitungan yang menghancurkan.

Uji coba sebuah rudal di Arktik Rusia awal bulan ini yang gagal menewaskan sekurangnya lima pekerja dan menyebabkan lonjakan tingkat radiasi lokal yang menegaskan keprihatinan global atas pengembangan misil tenaga nuklir oleh Rusia.

Kubiak mengatakan arsitektur keamanan global seputar proliferasi rudal sedang dihadapkan pada tekanan besar dan dengan cepat tertinggal oleh pengembangan teknologi.

“Perhitungan keamanan yang sudah sangat rumit akan menjadi lebih sulit. Jadi proliferasi rudal yang tidak terikat oleh pembatasan akan memperburuk kompetisi antar negara, akan meningkatkan biaya menjaga stabilitas regional dan global dan akan meningkatkan biaya dan risiko konflik militer,” tambah Katarzyna.

Laporan itu mengatakan komunitas internasional sangat perlu untuk menempatkan rudal sebagai agenda politik yang penting termasuk memperkuat langkah-langkah non-proliferasi dan transparansi yang ada dan menegosiasikan perjanjian untuk menanggapi masalah teknologi rudal yang baru. (jm/my) (VOA)