Denpasar (Metrobali.com) 

 

United In Diversity Foundation bekerja sama dengan Rocky Mountain Institute meluncurkan program baru yang bertajuk “Happy Energy Action Leadership: Energy Transition, Livelihood, Systems, and Blended Finance.”

Program ini bertujuan untuk mempercepat transisi energi yang inklusif dan berkelanjutan dengan memberdayakan para pemangku kepentingan lokal dan global.

Peluncuran program ini diumumkan dalam dialog Global Blended Finance Alliance (GBFA) di G20 Bali, yang diselenggarakan oleh Tri Hita Karana Forum dan World Economic Forum dalam rangka World Water Forum ke-10.

Dialog ini bertujuan untuk mengkatalisasi aksi global dalam melindungi sumber daya alam dan lingkungan serta mendorong perubahan sistem untuk mendukung keberlanjutan.

Program HEAL akan melibatkan 45 pemimpin dari berbagai sektor dalam perjalanan pembelajaran selama empat bulan. Ini mencakup lokakarya, kunjungan lapangan, dan modul peningkatan kapasitas secara daring untuk menghadapi tantangan proyek transisi energi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyambut baik program HEAL sebagai langkah penting dalam mencapai target nol emisi Indonesia.

“Tugas untuk mewujudkan target nol emisi Indonesia menjadi semakin penting saat ini, seiring dengan upaya kita untuk mengurangi dampak krisis iklim. Kita harus memastikan bahwa peluang seperti Just Energy Transition Partnership (Kemitraan Transisi Energi Berkeadilan) dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan global menjaga suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celcius di atas level pra-industri serta mewujudkan transisi energi yang adil dan merata bagi Indonesia,” ujar Arifin Tasrif dalam sambutannya, Minggu 19 Mei 2024.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menekankan pentingnya kerja sama dalam transisi energi yang adil dan berkelanjutan.

“Mata dunia tertuju ke Indonesia sehingga kita harus menjadi contoh sukses transisi energi yang adil, dengan menyeimbangkan pembangunan ekonomi, kesetaraan sosial, dan pemeliharaan lingkungan. Inisiatif seperti JETP perlu didukung oleh penyelarasan pemangku kepentingan yang sepadan, tidak hanya dalam hal teknis tetapi juga dalam hal membangun relasi antar institusi,” tandasnya.

Tantowi Yahya, Presiden United In Diversity dan Duta Besar Keliling Indonesia untuk Pasifik, mengatakan jika menengok 36 tahun yang lalu, realitas masa kini dengan adanya asisten kecerdasan buatan Artificial Intelligence assistant (AI) berukuran saku dan algoritma yang dipersenjatai sedemikian sehingga menentukan hasil politik global.

“Di tengah-tengah ancaman eksistensial lingkungan bagi umat manusia akan terdengar seperti fiksi ilmiah, namun pada kenyataannya itulah realita kita. Dan kita masih belajar untuk memahami dan mengelola dampak dari gangguan tersebut terhadap tatanan masyarakat, demokrasi, budaya, dan masa depan kita,” tegas Tantowi.

Oleh karena itu, sambungnya menatap ke depan 36 tahun menuju ambisi Indonesia mencapai nol emisi bersih di tahun 2060.

“Sangat bijaksana apabila kita untuk mengantisipasi sektor energi yang akan mengalami gangguan yang tidak terpikirkan sebelumnya, baik dari krisis iklim maupun melalui inovasi dalam sumber energi, penyimpanan, akses, dan model bisnis,” katanya.

Program ini sendiri didukung oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk lembaga keuangan, produsen energi, dan organisasi masyarakat sipil.

Melalui pendekatan holistik dan multidisiplin, HEAL diharapkan dapat menjadi landasan untuk perubahan transformatif dalam transisi energi.

Program ini tidak hanya menghadirkan solusi inovatif tetapi juga memfasilitasi koordinasi yang lebih baik antara para pemangku kepentingan.

Dengan dukungan dari berbagai pihak, program ini diharapkan dapat menjadi contoh sukses dalam transisi energi yang adil dan berkelanjutan.(Rls)