Ade Rai dalam Arjuna Sangsaya

Menapaki jejak sejarah kebangkitan denyut nadi kehidupan industri rekaman dari blantika musik Bali dalam konteks globalisasi kekinian seakan tidak dapat dipisahkan dengan kehadiran organisasi sosial kemasyarakatan yang disebut Pramusti Bali. Kini, tanpa terasa wadah kreativitas kreatif, inovatif dan kompotitif para artis penyanyi, musisi, pencipta lagu, dan insan seni Bali ini telah memasuki perioderisasi perjuangan dasa warsa perdana. Lantas, apa harapan publiknya?
 =================================
SEPERTI diketahui bersama bahwa Pramusti Bali tercetus dari kesepakatan sejumlah pihak pencinta seni budaya di bidang musik sebanyak tiga kali. Mulai, 11 Juni 2004, dan 20 Juni 2004 di Kumala Kafe Denpasar, serta 23 Juni 2004 di Restoran Pitik Bali, Denpasar. Kemudian, dilakukan pengukuhan pengurus dan penetapan anggota untuk periode tahun 2004-2006 di kantor Dinas Kebudayaan (Disbud) Bali, 20 Juni 2004 dengan Ketuanya Komang Arjawa. Selanjutnya, diteruskan pendeklarasian secara publik, 30 Oktober 2004, di panggung terbuka Ardha Candra (arts centre) Bali Denpasar sekitar pukul 17.00 wita.
Kepengurusan Pramusti Bali akhirnya mengalami perubahan, dan pada tanggal 14 Oktober 2010 sekitar pukul 20.00 Wita di Alfa Prima Denpasar dilaksanakan pengukuhan kembali kepengurusan periode 2010 – 2015 dengan Ketuanya I Gusti Ngurah Murthana. Kehadiran Pramusti Bali sejatinya punya tujuan mulia sebagai upaya menguatkan profesionalitas, dan menggugah rasa estetis, nilai moralitas, serta meningkatkan mutu dan kualitas seniman Bali terutama di bidang seni musik berstandar internasional.
Nah, dalam upaya mewujudkan tujuan bersama tersebut di atas, maka disusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, sebagai landasan berpijak dalam melaksanakan tugas pengabdian terhadap bangsa dan negara Indonesia di bidang kebudayaan dengan berazaskan Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai dasar hukum supaya memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara, idealisme, patriotisme dan harga diri, serta mempunyai wawasan yang luas, berkepribadian kokoh, memiliki kesegaran jasmani dan daya kreasi serta mampu mengembangkan kemandirian, kepemimpinan, ilmu, keterampilan, semangat kerja keras dan kepeloporan terhadap keberlangsungan pelestarian dan pengembangan seni budaya bangsa khususnya musik Bali.
Di samping itu, Pramusti Bali juga punya visi dan misi dalam upaya melakukan pembinaan sekaligus pengawasan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bakat dan telanta generasi muda Bali di bidang seni budaya, terutama dalam dunia seni musik di Bali, sehingga ke depan mampu tercipta industri musik Bali berbasis kearifan lokal yang berdaya saing global, baik secara lokal, nasional, maupun internasional dalam kepariwisataan Bali secara sinergis dan berkelanjutan. Demi mencapai kehidupan warga masyarakat terutama para seniman yang jagadhita, sejahtera lahir dan bathin.
Pertunjukan Arjuna Sangsaya
Gita Harmoni
Di tengah suasana gejolak kebathinan yang sangat beragam dari para anggotanya, menyongsong perayaan dasa warsa perdana ini, Pramusti Bali sempat menggelar acara yang mengangkat tema Gita Harmoni di lapangan TVRI Bali, Renon Denpasar, Minggu (4/5) malam. Kemudian, diteruskan ramah tamah dan temu kangen saat puncak perayaan di kampus STIMIK Primakara, Denpasar, Minggu (29/6) sore.
Melalui momentum ini, sebagai kaum terdidik atau cerdik pandai yang profesional, seluruh anggota Pramusti Bali dituntut selalu melakukan evaluasi dan introspeksi diri supaya tetap eksis dan senantiasa mampu bersaing secara kompetitif dalam menghadapi persaingan globalisasi dengan kemajuan teknologi serba canggihnya. Di tengah maraknya praktik pembajakan yang semakin merajarela. Demi kebersamaan dalam berbagi dan menjaga industri kreatif musik di Bali secara berkesinambungan di masa mendatang.
Bagus Mantra selaku penggagas Gita Harmoni mengakui bahwa momentum perayaan satu dasa warsa Pramusti Bali ini merupakan ajang kebersamaan untuk meningkatkan rasa saling menjaga dan berbagi keceriaan supaya dapat berbenah diri serta kembali lebih bersemangat dan tersenyum dalam menjaga keberlangsungan industri seni budaya khususnya musik Bali di masa datang. “Kiranya, dapat mendorong satu upaya melakukan harmonisasi antara sikap paripolah, laku kita (anggota Pramusti Bali) dalam berkarya dan bersosialisasi dengan senyuman, serta nada dan balutan komposisi keriangan,” ujarnya.
Momentum satu dasa warsa ini pun merupakan sebagai langkah strategis untuk dapat menuntaskan beragam gejolak persoalan atau folemik perbedaan yang sempat terjadi di antara kepengurusan maupun keanggotaan Pramusti Bali selama ini. Sehingga, perbedaan tersebut tidak sampai meluas dan dapat memicu timbulnya perpecahan yang tidak sehat bagi perkembangan dan kemajuan Pramusti Bali di masa datang.
I Gusti Ngurah Murthana,  selaku Ketua Pramusti Bali, yang akrab disapa Rahman menegaskan bahwa keterlibatan partisipasi anggota dalam menggeliatkan denyut nadi kehidupan dari beragam kreativitas atas kerja kreatif, inovatif dari program Pramusti Bali selama ini merupakan wujud nyata dari kepedulian dan komitmen kuat terhadap keinginan bersama untuk mengapresiasi ruang publik yang telah diberikan pemerintah melalui Dinas Kebudayaan (Disbud) Bali dengan semangat ngayah tulus iklas tanpa pamrih secara maksimal.
Hal ini tentunya sebagai peningkatan upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan bangsa berbasis kearifan lokal khas Bali secara berkelanjutan di masa datang. “Kegiatan ini sekaligus sebagai ajang evaluasi dan introspeksi diri untuk memantapkan semangat kebersamaan dalam melestarikan dan sekaligus mengembangkan denyut nadi kehidupan industri musik Bali di masa mendatang,”katanya.
Kunti dalam Arjuna Sangsaya
 
Drama Musikal
Kiprah Pramusti Bali dalam menggeliatkan denyut nadi kehidupan blantika musik di Bali selama ini sepertinya belum sepenuhnya diketahui oleh khalayak publik. Meskipun sejatinya beragam aktivitas peduli sosial telah sempat digelar melalui kegiatan ngamen jalanan dan konser musik kemanusiaan. Di antaranya aksi ngamen untuk korban letusan Gunung Kelud, aksi ngamen untuk korban kerusuhan Lampung, dan konser amal untuk mendiang Eko Wicaksono, konser amal untuk Peduli Kanker, dan lainnya.
Namun, geliat kreatif inovatif dari kiprah Pramusti Bali seakan semakin bersinar dan cemerlang serta sangat familiar di tengah khalayak publik ketika meraih sukses saat menggebrak panggung terbuka Ardha Candra (arts centre) Bali, Denpasar dalam pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2011 dengan seni pertunjukan kolosal bertajuk Drama Musikal, yang mengadopsi gejolak fenomena kehidupan keseharian warga masyarakat kekinian. Bahkan, drama musikal ini telah sukses menjadi ikon pembaharuan unggulan, yang dianggap sebagai salah satu alternatif untuk menepis kesan monoton dari program pagelaran kesenian dalam pelaksanaan PKB selama ini. Berkat itu pula, Pramusti Bali diberikan ruang apresiasi tersendiri untuk memeriahkan pagelaran kesenian selama pelaksanaan PKB setiap tahunnya.
Patut diketahui bahwa suksesnya pementasan seni pertunjukan kolosal drama musikal ini tentunya tidak hanya sekadar karena semangat ngayah tulus iklas tanpa pamrih para artis penyanyi, musisi, pencipta lagu, dan insan seni Bali semata, melainkan justru berkat partisipasi dari sentuhan konseptual tangan dingin para tokoh kreatif inovatif di bidangnya, seperti Made Adnyana, Bagus Mantra, Komang Arjawa, Gus Martin, Galuh Bilen, Trisna STE, I Gusti Ngurah Murthana, Ayu Saraswati, serta lainnya, termasuk Nyoman Wija sebagai pencetus ide lahirnya drama musikal tersebut. Selain itu, juga berkat partisipasi seluruh anggota Peguyuban Penggemar Gending (PPG) Bali yang dipimpin oleh Ketut Warna.
Menariknya, seni pertunjukan drama musikal ini mendapatkan apresiasi sangat positif dari berbagai kalangan masyarakat pencinta seni budaya termasuk para elite politik penguasa pemangku kebijakan dalam birokrasi pemerintahan. Tak ayal, berkah apresiasi positif ini pun tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh anggota Pramusti Bali untuk dapat lebih kreatif dan inovatif dalam menggeliatkan proses aktivitas menciptakan karya unggulannya sebagai seniman di bidang seni musik.
Gus Martin, selaku sutradara dan penulis naskah seni pertunjukan kolosal Drama Musikal Pramusti Bali mengakui sejujurnya bahwa ketenaran nama besar Pramusti Bali di tengah khalayak publik selama ini tentunya tidak dapat dipisahkan dari kesuksesan yang telah diraihnya pada saat menggebrak panggung terbuka Ardha Candra (arts centre) Bali, Denpasar dengan seni pertunjukan kolosalnya bertajuk Drama Musikal sesuai variannya yang senantiasa mengadaptasi tema besar dari pelaksanaan PKB selama ini.
Menurutnya, atas dasar itulah sudah semestinya seluruh anggota Pramusti Bali dapat mengeksplorasi imajinasi pemikiran cemerlangnya terhadap kreativitas kreatif dan inovatif dari karya unggulannya dalam seni pertunjukan kolosal drama musikal tersebut secara maksimal dan lebih variatif pada pelaksanaan PKB selanjutnya di masa datang. Artinya, jangan sampai ruang apresiasi positif yang dengan susah payah telah dikonstruksi pemerintah melalui Disbud Bali selama ini sampai kehilangan gregetnya hanya karena adanya penafsiran dan perbedaan pandangan serta desakan keinginan egoisme personal atas ketidakmampuannya secara berlebihan.
Baginya, seni pertunjukan kolosal drama musikal ini sejatinya harus senantiasa dipentaskan dan sekaligus dikembangkan setiap tahun dengan beragam variannya tanpa harus menggantinya. Terlebih, telah dianggap sebagai ikon pembaharuan unggulan dalam pelaksanaan PKB selama ini. Seperti halnya parade gong kebyar dan parade joged bumbung yang menjadi program tetap PKB selama ini. “Jadi seni pertunjukan kolosal drama musikal ini menjadi agenda wajib bagi Pramusti Bali dalam pelaksanaan PKB setiap tahunnya. Dan, adalah tugas anggota Pramusti Bali untuk menjaga, serta melestarikan dan mengembangkannya di masa mendatang,” sarannya.  
Drupadi dalam Arjuna Sangsaya
Apresiasi Publik
Di tengah suasana perayaan dasa warsa perdananya, Pramusti Bali kembali menggebrak panggung terbuka Ardha Candra (arts centre) Bali, Denpasar dalam pelaksanaan PKB ke-36 tahun ini, tepatnya Jumat (4/7). Dengan mengusung drama musikal mahabrata, yang mengangkat kisah kepemimpinan tentang Arjuna Sangsaya. Diiringi orkestrasi musik, yakni perpaduan gamelan pentatonik Bali dan musik modern atau kontemporer.
Garapan kolosal ini melibatkan pemain seperti Raka Sidan sebagai Yudistira, Dek Arya sebagai Arjuna, De Ama sebagai Nakula, dan Tut Asmara sebagai Sahadewa, Prida Dewi sebagai Dewi Kunti, Trisna STE sebagai Drupadi, dan Galuh Bilen sebagai Subadra. Selain itu, juga dimeriahkan penampilan seorang atlet binaraga Indonesia, Ade Rai, yang memiliki nama lengkap I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai. Ikon binaragawan nasional kelahiran Jakarta, 6 Mei 1970 ini akan tampil sebagai pemeran tokoh Bima, yang identik dengan kepribadian berjiwa pemberani, teguh dan kuat serta pantang menyerah dalam membela kebenaran.
Drama musikal ini dikemas berdurasi 2,5 jam dalam tiga babak, yakni pertama, Pandawa dalam Dilema, yang mengungkap tentang kebijaksanaan dan ketegasan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan besar demi kepentingan khalayak publik. Kedua, Keresahan Sang Ibu, yang mengandung pesan bahwa pergolakan hati seorang ibu seakan tidak pernah bisa melihat anak-anaknya harus menanggung penderitaan dan terpaksa harus menghadapi bahaya sendirian dalam hidupnya. Ketiga, Arjuna Sangsaya, yang menegaskan bahwa kebenaran (dharma) pada akhirnya pasti menang, dan kekuatan dharma yang utama adalah kecerdasan dan kebijaksanaan.
Komang Arjawa, selaku koordinator drama musikal mengatakan bahwa semua persiapan naskah dan latihan telah dilakukan dan saat ini tinggal proses menunggu detik-detik penampilan. Semoga saja, seluruh pemain nantinya dapat tampil sesuai rencana dan mampu memberikan kemampuan terbaiknya. Mengingat, garapan kolosal yang mengangkat cuplikan epos legendaris mahakarya sastra Mahabrata, yang ditulis Begawan Wyasa ratusan tahun sebelum masehi ini menjadi sebuah seni pertunjukan kolosal dalam drama musikal bukan sesuatu yang mudah, meskipun sesungguh sudah seringkali diadopsi sebagai lakon sendratari, oratorium dan beragam seni pertunjukan lainnya.
Baginya, cerita Mahabrata ini mengandung filsafat kehidupan yang sarat makna dan pesan tentang ajaran moral, etika, watak manusia, persaudaran, keteladanan, dharma, karma, intriks, tipu muslihat, hingga pemahaman spiritualitas yang sangat luas dan kompleks. Diharapkan, garapan kolosal ini nantinya dapat menggugah semangat sportivitas, kemajemukan, kedamaian, dan ketulusan serta keteladanan bagi para elite politik penguasa pemangku kebijakan dalam birokrasi pemerintahan termasuk warga masyarakat terutama dari kalangan seniman atau pencinta seni budaya. “Demi suksesnya agenda besar ini diharapkan seluruh anggota Pramusti Bali dapat mengambil peran aktifnya sesuai kata hatinya secara sukarela dalam semangat ngayah tulus iklas tanpa pamrih,” harapnya.
Menurutnya, tantangan terbesar yang kini harus dihadapi Pramusti Bali adalah kemampuan strategis dalam mengapresiasi ruang publik secara selektif dan kontinyu, sehingga tidak sampai kehilangan peluang dan kesempatan untuk mengembangkan daya kreativitas kreatif inovatif dari karya unggulan anggotanya sebagai wadah apresiasi para seniman di bidang musik Bali sesuai tuntutan persaingan globalisasi kekinian. “Marilah kita mulai berpikir, berwacana ataupun berdiskusi, sekaligus bertindak atau berbuat sesuai kata hati untuk meraih sukses bersama dalam wadah Pramusti Bali. Demi mencapai kehidupan yang lebih baik dan menyejahterakan di masa datang, ” Katanya.   
Lebih jauh, mantan Ketua Pramusti Bali ini menegaskan bahwa anggota Pramusti Bali ke depan dituntut harus mampu menciptakan kreativitas kekaryaan terbarunya dalam semangat kebersamaan secara cerdas, kreatif, inovatif dan kompetitif sebagai media edukasi publik yang lebih mencerahkan. “Sehingga apresiasi positif pemerintah terhadap keberadaan Pramusti Bali selama ini dalam kancah kebudayaan Bali dapat tetap terjaga secara sistematis dan berkelanjutan di masa mendatang,” tandasnya.
Di samping itu, Pramusti Bali juga dapat kesempatan memeriahkan kegiatan Peragaan dan Pementasan Seni Budaya dari pemerintah Bali, di panggung terbuka Ardha Candra (arts centre) Bali, Denpasar pada Sabtu (9/8) malam. Sesuai rencana Pramusti Bali akan tampil mengusung konser kolosal bertajuk musik dari masa ke masa, dengan melibatkan seluruh anggota baik solo maupun kelompok musik/grup band yang telah diseleksi secara selektif berdasarkan situasi dan kondisi serta durasi waktu tampil sesuai ketentuan panitia dalam hal ini Disbud Bali.
Dalam rangka menyukseskan seluruh agenda apresiasi publik ini sudah semestinya seluruh anggota Pramusti Bali dapat melibatkan diri secara tulus iklas tanpa pamrih. Dengan mengambil peran terdepan sesuai situasi dan kondisi atas dasar kemampuan yang dimiliki serta keberanian mengambil sikap untuk dapat mengembangkan potensi diri ke arah yang lebih baik di masa depan. Artinya, anggota Pramusti Bali jangan hanya bisa menunggu ataupun sekadar menuntut imbalan finansial atau materialisasi semata tanpa pernah mau untuk berkorban bagi perjuangan bersama menuju kebesaran organisasi Pramusti Bali di masa datang. WB-MB