Foto: Pimpinan LPK Raditya Widyatama, I Gusti Ngurah Bagus Eka Subagiartha, S.H.,M.H., yang akrab disapa Gus Eka menerima sertifikat sertifikasi akreditasi LPK Raditya Widyatama yang diserahkan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan ESDM Provinsi Bal Ir. Ida Bagus Setiawan, S.T., M. Si., pada tanggal 28 November 2023.

Tabanan (Metrobali.com)-

Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Raditya Widyatama sebagai LPK Pertama di Bali yang menggunakan kurikulum pembelajaran JFT-Basic dan SSW (Specified Skilled Workers) untuk Visa Kerja Resmi Tokutei Ginou yang sebelumnya telah mencetak sejarah gemilang dengan berhasil melepas 10 orang siswanya bekerja ke Jepang kini kembali mengukir prestasi membanggakan dengan berhasil mendapatkan sertifikasi akreditasi LPK dari Dinas Tenaga Kerja dan ESDM Provinsi Bali.

Sertifikat akreditasi telah diserahkan kepada Pimpinan LPK Raditya Widyatama, I Gusti Ngurah Bagus Eka Subagiartha, S.H.,M.H., yang akrab disapa Gus Eka pada tanggal 28 November 2023 oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan ESDM Provinsi Bal Ir. Ida Bagus Setiawan, S.T., M. Si., didampingi Kabid Pelatihan dan Produktivitas Si Gede Ngurah Sutapa, S.E., M.Si., dan didampingi pula Ketua KA-LPK Provinsi Bali I Putu Rucita, S.E., M.M.,CHT.

Kepada awak media, Gus Eka menjelaskan bahwa perjuangan yang dilalui LPK Raditya Widyatama yang beralamat di Jalan By Pass Ir. Soekarno No. 900, Kelurahan Delod Peken, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan ini untuk meraih sertifikasi akreditasi tersebut cukup panjang karena harus melewati beberapa tahapan sampai akhirnya dinyatakan lulus.

Gus Eka menambahkan bahwa setelah akreditasi tersebut pihaknya ingin membuktikan bahwa meskipun terbilang baru, LPK Raditya Widyatama telah melalui proses-proses yang telah ditentukan oleh pemerintah. “Padahal dari segi persyaratan sebuah LPK ikut akreditasi itu minimal tiga tahun setelah berdiri, tetapi kemarin di Tabanan ini waktu proses pengajuan akreditasi, dari 3 calon yang mendapat kuota Kabupaten Tabanan, satu mengundurkan diri, nah kita lah yang ditunjuk untuk ikut mengisi yang dari orang mengundurkan diri ini,” terang Gus Eka.

Terkait dengan penguatan program-program, terutama pasca akreditasi tersebut, Gus Eka mengatakan bahwa pada dasarnya akreditasi tersebut menjadi bukti secara formal bahwa LPK Raditya Widyatama merupakan sebuah lembaga pelatihan kerja yang kredibel. Tentunya dengan akreditasi tersebut bisa meningkatkan citra LPK Raditya Widyatama, selain juga bisa meningkatkan daya saing dengan LPK-LPK lainnya.

“Dengan akreditasi ini, sertifikasi yang kami terima oleh LPK ini bisa juga meningkatkan daya saing dengan LPK-LPK yang lain dari dalam proses keseharian. Jadi itu yang menjadi bahan pokok kenapa kita ikut akreditasi. Karena memang persyaratannya seperti itu,” terang Gus Eka.

Tentunya pasca akreditasi tersebut akan dilakukan penguatan-penguatan dalam hal proses pendidikan maupun jejaring kerjasama untuk pembukaan lapangan kerja di Jepang. Terkait hal tersebut Gus Eka mengatakan bahwa SDM yang dihasilkan oleh LPK Raditya Widyatama sudah sesuai dengan besaran kompetensi yang berlaku sehingga daya saing siswa-siswa di LPK Raditya Widyatama sudah memenuhi syarat.

“Jadi tidak lagi ada keragu-raguan kita untuk keterkaitannya dengan birokrasi, birokrasi dengan pihak-pihak terkait, terutama pihak Kementerian Tenaga Kerja dalam hal ini,”tegas Gus Eka.

Untuk diketahui, visi LPK Raditya Widyatama adalah menjadi salah satu Lembaga Pelatihan Kerja & Pendidikan Nonformal yang unggul dan berkualitas di Bali untuk mempersiapkan calon Pekerja Berketerampilan Khusus sebagai pekerja di Jepang.

Misi yang diusung yakni menghasilkan tenaga kerja berketerampilan khusus yang berkualitas untuk bekerja di Jepang serta memberikan informasi bagi masyarakat yang memiliki keterampilan khusus untuk bekerja ke Jepang dengan visa kerja resmi. LPK Raditya Widyatama sudah resmi atau legal mengantongi izin dengan NIB (Nomor Induk Berusaha): 1289000601669.

Lebih lanjut Gus Eka mengatakan bahwa dengan tingginya peluang kerja di Jepang dan status akreditasi tersebut, pihaknya juga semakin meyakinkan user bahwa LPK Raditya Widyatama sudah menjadi suatu lembaga yang kredibel untuk menamatkan siswa-siswa yang nantinya siap dipakai oleh user yang di Jepang.

“Kebetulan juga user yang di Jepang sudah ada yang kerjasama dengan kita, tinggal sekarang kita maunya dengan sumber daya kita yang ada mencari calon kandidat murid untuk kita didik dan kita kirimkan nanti tamatan itu, kita sambungkan dengan pihak user yang ada di Jepang,” terangnya.

Sementara terkait peluang kerja yang saat ini ada di Jepang, yang nantinya bisa difasilitasi oleh LPK Raditya Widyatama, Gus Eka mengatakan bahwa dengan program ketenagakerjaan yang ada di Jepang dan juga dengan Visa Kerja Resmi Tokutei Ginou yang dicanangkan oleh pemerintah Jepang, terdapat 14 jenis pekerjaan yang diterima.

Namun Gus Eka mengatakan LPK Raditya Widyatama berfokus pada pengolahan bahan makanan. “Itu yang kami fokuskan untuk sementara ini, agar dari 14 item yang ada itu, satu hal yang kita fokuskan dulu. Nanti kalau bisa kita fokus dan berhasil untuk 1 item di bidang pabrik makanan ini baru kita merambah ke pekerjaan-pekerjaan yang lain,” tuturnya.

Sementara terkait jumlah siswa dari LPK Raditya Widyatama yang sudah dikirim ke Jepang, Gus Eka mengungkapkan bahwa ada 10 orang yang telah dikirimkan ke Jepang, yang masing-masing 4 orang di Sendai, 4 orang di Ehime, 1 orang di Osaka dan 1  orang di Chubu. Ke sepuluh orang tersebut bekerja di pabrik pengolahan makanan. Untuk kuotanya sendiri, pemerintah Jepang menargetkan 50 orang perbulan.

Dikatakan kondisi sekarang ini mewajibkan para kandidat untuk melaksanakan dua tes basic, yakni Japanese Foundation Test (JFT) untuk bahasa Jepang, dan SSW (Specified Skilled Workers) untuk skill spesifik yang dibutuhkan untuk bekerja di Jepang. “Setelah mereka melaksanakan pendidikan di sini, 8 bulan kemudian mereka melaksanakan tes seperti yang tadi disampaikan. Kalau mereka sudah lulus tes tersebut dengan modal 1 sertifikat yang mereka punya, mereka akan kita sambungkan dengan user yang ada di Jepang. Kalau agen pengirimnya ada kita dengan PT Bina Dinamita Rama. Ada sebuah PT yang kita kerjasamakan, yang mana kita menjadi kantor cabangnya di sini,” papar Gus Eka.

Sementara untuk jenjang pendidikan di LPK Raditya Widyatama, Gus Eka mengatakan bahwa jenjang pendidikan di LPK Raditya Widyatama kurang lebih 8 bulan. Empat bulan belajar bahasa Jepang untuk persiapan tes JFT dan 4 bulan untuk belajar Specified Skilled Workers.

Untuk biayanya sendiri, Gus Eka, mengungkapkan bahwa saat ini biayanya tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan sebelumnya yang mencapai angka 65 jutaan rupiah. Sekarang biaya yang dikenakan sudah di angka 43 jutaan rupiah. Biaya tersebut sudah termasuk pendidikan, visa kerja, pemberangkatan sampai di Jepang, dan dokumen-dokumen, kecuali paspor.

“Kalau paspornya mereka urus sendiri. Sekarang kita punya 13 orang yang sedang kita didik untuk kepelatihan JFT sama Specified Skilled Workers,” kata Gus Eka.

Untuk sistem penerimaan siswa baru, Gus Eka mengatakan, LPK Raditya Widyatama menggunakan sistem batch, dimana masing-masing batch diisi oleh 6-8 orang. “Jadi ketika kita membuka batch itu sudah ada 6 orang atau sampai 8 orang terkumpul, kelas jalan. Karena kita mempunyai 3 orang guru, nanti setelah sebulan kemudian kita buka batch yang baru lagi untuk menjaring murid-murid yang baru. Jadi kita tidak pakai sistem tahun ajaran, kita menamatkan per satu batch. Sampai sekarang sudah batch ke-6. Yang baru ini Desember ini akan buka batch 7,” tuturnya lebih lanjut.

Kemudian untuk animo masyarakat Bali, khususnya anak-anak muda, untuk bekerja di Jepang, Gus Eka mengatakan bahwa animonya sangat tinggi. Terlebih lagi saat ini ada dua metode untuk orang-orang yang ingin berangkat bekerja di luar negeri. Metode pertama dengan sistem magang menggunakan visa magang. Kemudian yang kedua dengan Visa Kerja Resmi Tokutei Ginou.

“Bedanya kalau magang mereka memang betul-betul magang di sana dengan sistem jangka waktu 3 tahun. Kemudian sistem Tokutei Ginou dengan visa kerja yang dibuka oleh pemerintah Jepang dengan kontrak 5 tahun dengan status pekerjaannya itu, penggajian dan segala macam itu setara dengan pekerja orang-orang Jepang yang bekerja di Jepang. Jadi itu bedanya,” terang Gus Eka.

Dari dua metode tersebut, LPK Raditya Widyatama sendiri fokusnya di Visa Kerja Resmi Tokutei Ginou. Bahkan LPK Raditya Widyatama menjadi LPK pertama di Bali yang telah melepas keberangkatan siswanya kerja di Jepang dengan Visa Kerja Resmi Tokutei Ginou.

Namun diakuinya memang ada tingkat kesulitan atau tantangan-tantangan dengan visa kerja tersebut. Para kandidat haru berangkat dengan sertifikat JFT yang setara dengan N4. Selama itu ketika para kandidat ini memilih salah satu dari 14 bidang pekerjaan tersebut, itu harus mengikuti tes Specified Skilled Workers atau pekerjaan yang berkemampuan spesifik.

“Jadi itu tingkat kesulitannya. Tetapi kalau mereka bisa menempuh pendidikan lancar dan mendapatkan kelulusan di dua sertifikat ini mereka akan mendapatkan visa kerja yang mana mereka akan setara penggajiannya dengan pekerja yang ada di Jepang,” urai Gus Eka.

Terkait dengan rata-rata gaji yang diperoleh saat bekerja di Jepang, Gus Eka, mengungkapkan bahwa jika dikurskan ke rupiah adalah 25 juta rupiah. Namun itu masih kotor karena pekerja masih harus menanggung biaya makan dan tempat tinggal. Jadi gajih bersih yang didapat per bulan sekitar 15 juta rupiah.

“Kalau yang sudah berjalan ini rata-rata mereka kisaran gajinya kalau dikurskan ke rupiah itu 25 juta, masih kotor. Mereka harus untuk makan sendiri mereka tanggung, terus tempat mereka  menginap itu mereka tanggung sendiri, dengan rata-rata 25 juta itu dia mungkin mereka take home pay-nya di 15 juta masuk,” ungkap Gus Eka.

Lebih lanjut Gus Eka kemudian memberikan tips bagi anak-anak muda Bali yang ingin bekerja di Jepang. Gus Eka mengatakan bahwa saat ini masyarakat, terutama yang berkeinginan bekerja di Jepang, harus lebih jeli memilih LPK.

Masyarakat harus terlebih dahulu mencari informasi yang valid tentang LPK yang akan mereka tuju. Jangan sampai masyarakat yang mencari pekerjaan termakan oleh iming-iming sesuatu yang tidak jelas sehingga akan merugikan masyarakat itu sendiri.

“Jangan sampai uang-uang yang mereka setorkan ternyata mereka tidak bisa berangkat dengan target-target waktu tertentu, atau seperti yang dijanjikan oleh pihak yang melaksanakan pelatihan itu.  Disinilah tugas daripada LPK untuk memberikan pendidikan ke masyarakat. Jangan sampai hanya berbisnis, meng-collect uang dari masyarakat, mengumpulkan dana-dana masyarakat, tetapi masyarakat tidak mendapatkan haknya ketika mereka itu ingin sesuatu hal yang dijanjikan sebelumnya oleh pihak LPK,” pesannya. (dan)