kenya-muslim

Mombasa, Kenya, 3/2 (Antara/Reuters) –

Polisi Kenya hari Minggu bentrok di jalan dengan pemuda Muslim di luar sebuah masjid dimana ulama garis keras biasa menyampaikan khutbah di kota pelabuhan Mombasa.

Polisi menembakkan gas air mata dan peluru amunisi ke atas kepala massa pengejek, yang membalas dengan melemparkan batu. Belum jelas mengapa bentrokan itu terjadi.

Banyak Muslim di daerah miskin Mombasa merasa dipinggirkan oleh pemerintah Nairobi yang didominasi orang Kristen, dan penumpasan terhadap perekrutan jaringan militan Muslim di kota wisata itu telah mengobarkan kebencian.

Seorang polisi ditemukan tergeletak dalam genangan darah di sebuah kamar mandi di dalam Masjid Mussa, yang terletak di daerah Majengo di Mombasa.

“Kami menemukannya terkunci di sebuah kamar mandi setelah kami mendengarnya merintih kesakitan. Tampaknya mereka membunuhnya,” kata seorang polisi bersenjata di jalan yang dipenuhi batu di luar masjid itu.

Belum ada konfirmasi segera dari kepolisian apakah polisi itu selamat dari serangan tersebut.

Orang-orang bersenjata tak dikenal menembak mati dua pengkhutbah garis keras yang terkait dengan Masjid Mussa dalam 18 bulan terakhir. Kedua ulama itu menyerukan bahwa sudah waktunya melakukan kekacauan.

Muslim di masjid itu menuduh pihak berwenang mendalangi pembunuhan tersebut, namun tuduhan itu dibantah oleh pemerintah.

Kenya, yang menjadi tempat tinggal banyak warga Somalia, dilanda gelombang serangan, terutama di Nairobi dan kota pelabuhan Mombasa, serta Garissa, setelah pasukan negara itu memasuki Somalia pada Oktober 2011 untuk menumpas kelompok gerilya garis keras Al-Shabaab, yang mereka tuduh bertanggung jawab atas penculikan dan serangan bom di dalam wilayah Kenya.

Pasukan Kenya menyerang pangkalan-pangkalan Al-Shabaab sejak dua tahun lalu dan kemudian bergabung dengan pasukan Uni Afrika berkekuatan 17.700 orang yang ditempatkan di Somalia.

Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama beberapa tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah Somalia dukungan PBB.

Kelompok itu mengklaim bertanggung jawab atas serangan di pusat perbelanjaan di Nairobi, Kenya, yang dimulai Sabtu siang (21 September), ketika orang-orang bersenjata menyerbu ke dalam kompleks pertokoan itu dengan menembakkan granat dan senjata otomatis serta membuat pengunjung toko yang panik lari berhamburan untuk menyelamatkan diri.

Penyerang menyandera sejumlah orang dan terlibat dalam ketegangan dengan polisi dan pasukan hingga Selasa (24 September), ketika Presiden Kenya Uhuru Kenyatta mengumumkan bahwa bentrokan telah berakhir dan sedikitnya 67 orang tewas. AN-MB