Karyono-wibowo-ipi

Jakarta (Metrobali.com)-

Peneliti senior Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan kesetiaan kepada negara dan partai bisa berjalan selaras sejauh garis perjuangan partai tetap berdasar pada falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

“Ada ungkapan ‘kesetiaan kepada partai berakhir ketika kesetiaan kepada negara dimulai’. Namun, saya berpandangan kesetiaan kepada negara tidak harus mengakhiri kesetiaan kepada partai,” kata Karyono Wibowo di Jakarta, Senin (13/4).

Karyono mengatakan seorang kader partai yang menjadi kepala negara dan kepala pemerintahan tidak perlu mengakhiri kesetiaan kepada partai, sejauh kebijakannya sama-sama linier dengan kehendak rakyat.

“Dengan kata lain, istilah ‘petugas partai’ dalam pelaksanaannya harus dipilah mana yang harus dijalankan dan mana yang tidak,” ujarnya.

Menurut Karyono, kader partai memang harus menjalankan ideologi dan garis perjuangan partai. Namun, istilah “petugas partai” perlu dimaknai secara proporsional, salah satunya melalui ungkapan mengenai kesetiaan kepada negara dan partai tersebut.

Di sisi lain, Karyono menilai ucapan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri tentang “petugas partai” telah membangkitkan kesadaran publik tentang makna seorang kader partai yang harus menjalankan kebijakan dan garis partai apa pun posisinya.

Namun, dia mengatakan istilah tersebut harus digunakan dengan hati-hati, terutama bila diucapkan di ranah publik dan ditujukan kepada Presiden Joko Widodo.

“Menurut saya, perlu hati-hati menggunakan diksi ‘petugas partai’ di ranah publik karena tidak semua orang memiliki pemahaman yang sama. Yang terjadi justru menimbulkan kontroversi di ranah publik,” tuturnya.

Apalagi, Karyono mengatakan sebagian masyarakat memaknai istilah “petugas partai” itu sebagai konotasi negatif, sehingga menimbulkan persepsi negatif.

Menurut Karyono, istilah “petugas partai” oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai kata-kata yang merendahkan Presiden Jokowi, karena dianggap sebagai seorang petugas yang ibarat robot dan hanya menjadi “boneka partai”.

“Namun, bila istilah tersebut diletakkan dalam perspektif kepartaian, memang tidak ada yang salah,” tukasnya. AN-MB