Michael Tjoajadi

Jakarta (Metrobali.com)-

Pengamat pasar modal Michael Tjoajadi mengharapkan investor agar tidak terlalu mengkhawatirkan kondisi politik di dalam negeri karena pemerintahan baru nanti diyakini masih tetap memiliki ruang gerak untuk menerapkan kebijakannya.

“Saat ini, investor cukup ‘concern’ dengan kondisi politik di dalam negeri, investor cenderung mengkhawatirkan bahwa DPR bisa membatasi ruang gerak pemerintahan baru nanti. Namun, saya melihat pemerintahan baru tetap mempunyai ruang gerak untuk menjalankan kebijakannya, dan kita tidak perlu takut,” ujar Michael Tjoajadi yang juga Direktur Utama Schroder Investment Indonesia dalam acara HSBC Wealth & Beyond Personal Economy Forum di Jakarta, Senin (13/10).

Menurut dia, presiden terpilih Joko Widodo-wapres Jusuf Kalla akan melaksanakan salah satu kebijakannya yakni menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada tahun ini.

Jika kebijakan itu dilaksanakan, ia mengakui Indonesia akan mengalami inflasi, namun hal itu memiliki efek jangka pendek. Kenaikan harga BBM subsidi itu akan positif untuk jangka panjang bagi makro ekonomi nasional, khususnya perbaikan neraca perdagangan dan percepatan pembangunan infrastruktur.

“Tetapi pemerintahan baru nanti perlu membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat. Dengan begitu, tak perlu khawatir dengan popularitas yang bakal merosot jika kebijakan itu diterapkan,” ucapnya.

Michael Tjoajadi menambahkan bahwa jika kebijakan itu terealisasi maka pasar saham Indonesia akan lebih menarik atau atraktif dan memicu investor asing masuk ke Indonesia, dampaknya akan positif pada indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tujuan investasi Sementara itu, Global strategist Eastsrping Investments Ltd Robert Rountree mengatakan bahwa investor masih menilai kawasan Asia sebagai tujuan investasi. Saat ini, pasar modal Asia hanya terkena sentimen negatif dari negatifnya ekonomi dan kinerja pasar modal di Eropa dan Amerika Latin.

Padahal, menurut dia, negara-negara di kawasan Asia masih cukup positif, hal itu terlihat dari kinerja emiten-emiten di kawasan Asia yang mencatatkan pertumbuhan. Di Indonesia, kondisi perekonomiannya juga masih cukup baik. Hal itu terlihat dari masih banyaknya investasi yang berasal dari luar negeri.

“Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik, saya rasa Indonesia menjadi salah satu negara tujuan investor,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Head of Sales and Marketing First state Investment Harsya Prasetyo mengatakan bahwa nilai subsidi untuk BBM yang akan dikurangi, rencananya akan dialihkan ke sektor infrastruktur.

“Melihat kondisi itu, maka saham-saham yang masuk dalam sektor infrastruktur dan konstruksi akan menarik,” katanya.

Kendati demikian, lanjut dia, pelaku pasar saham juga harus mencermati secara rinci kinerja emiten yang masuk dalam sektor itu, dan mencermati sentimen yang beredar di dalam negeri seperti kondisi politik. AN-MB