marsel

Labuan Bajo (Metrobali.com) –

Pemkab Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dituding tidak paham tentang kearifan lokal. Tudingan tersebut dilontarkan Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Manggarai Barat, Marsel Jeramun.

“Pemerintah daerah, mereka tidak tahu kearifan lokal. Mereka hanya tahu pangan lokal,” ujar Marsel Jeramun, saat membuka Seminar Publik ‘Kearifan Lokal Sebagai Basis Kedaulatan Masyarakat’, di Labuan Bajo, Sabtu (21/2).

Menurut politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu, kearifan lokal sesungguhnya menjadi titik star bagi daerah dan bangsa untuk berjalan ke arah yang lebih baik. “Namun sayangnya, kearifan lokal justru sudah mulai dilupakan masyarakat, karena memang diabaikan pemerintah daerah,” tandasnya.

Saat ini, demikian Marsel Jeramun, masyarakat Manggarai Barat sudah banyak yang lupa kearifan lokal yang dimiliki daerah itu. Padahal, kearifan lokal tersebut adalah identitas yang seharusnya tetap dilestarikan.

“Kita lupa bicara soal gendang, go’et, nggong, gendang, dan sebagainya. Kita lupa identitas kita. Kita justru berlomba-lomba bicara soal ipad, chating, dan internet,” kata Marsel Jeramun.

Ia tak menampik, memang ada beberapa kegiatan di daerah ini yang mencoba menunjukkan identitas lokal. Hanya saja, kegiatan-kegiatan tersebut cenderung bersifat komersialisasi dan tidak untuk melestarikan.

“Saya tidak bangga ketika caci dipentaskan di Pantai Pede. Sebab di sini lain, hal itu justru melupakan rumah gendang, compang. Padahal, caci sesungguhnya tak dapat dipisahkan dengan rumah gendang dan compang,” ucap Marsel Jeramun, yang juga Ketua Fraksi PAN DPRD Kabupaten Manggarai Barat.

Sementara itu, Seminar Publik ‘Kearifan Lokal Sebagai Basis Kedaulatan Masyarakat’ ini menghadirkan tiga narasumber. Mereka adalah Direktur Eksekutif Intitus Lintas Studi (ILS) Maksimus R Lalongkoe, sastrawan/ budayawan Usman Ganggang dan tokoh masyarakat H Benny Padju. MSE-MB