Denpasar (Metrobali.com)-

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Denpasar Dr Gede Sedana menegaskan, pariwisata yang berkembang pesat di Bali mampu mendorong pertumbuhan ekonomi serta menjanjikan banyak harapan dan peluang.

“Kegiatan melalui pergerakan wisatawan dan keterlibatan masyarakat dalam upaya meningkatkan kehidupan sosial ekonomi dinikmati sebagian besar masyarakat setempat,” kata Dr Gede Sedana di Denpasar, Senin (23/9).

Ia mengatakan, di balik dampak positif yang dirasakan masyarakat dari kemajuan pariwisata itu, tanpa mampu mencegah dampak yang kurang menguntungkan seperti terjadinya eksploitasi sumber daya alam.

Selain itu juga alih fungsi lahan pertanian dan degradasi daya dukung sumber daya tanah dan air.

Gede Sedana menambahkan, pengembangan pariwisata di Bali berbasis budaya, salah satu diantaranya budaya pertanian.

Pertanian di Bali khususnya di lahan sawah merupakan bagian yang tidak terpisahkan, dengan program pembangunan pertanian baik bersifat fisik maupun non-fisik yang dilakukan melalui lembaga subak.

Salah satu tantangan dan masalah yang dihadapi dalam sistem subak hingga sekarang adalah alih fungsi lahan yang relatif tinggi. Pada sisi lain, beberapa subak dengan sistem budaya pertaniannya menajdi daya tarik bagi wisatawan.

Gede Sedana mengingatkan, pengembangan pariwisata di Bali selain meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat juga merupakan bagian dari upaya pelerstarian lingkungan (ekosistem).

Oleh sebab itu pengembangan pariwisata hendaknya mampu memperkaya sumber penghidupan dan memupuk kualitas kehidupan manusia. Untuk itu diperlukan upaya alternatif guna dapat mewujudkan kelestarian sistem subak dan meningkatkan kesejahteraan petaninya.

Salah satu alternatif dengan mengembangkan ekowisata di wilayah subak, di kawasan Jatiluwih, Kabupaten Tabanan yang telah ditetapkan menjadi warisan budaya dunia (WBD) oleh UNESCO, ujar Dr Gede Sedana. AN-MB