Washington, (Metrobali.com) –

Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan menyambut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada 1 Oktober, pada saat perjalanan AS untuk mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran mencapai titik krusial.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Caitlin Hayden Senin mengumumkan, pertemuan kedua pemimpin itu kemungkinan akan menyoroti perbedaan pandangan AS-Israel atas perundingan program nuklir Iran, katanya dalam satu pernyataan.

Duta besar tetap Iran di Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rabu pekan lalalu mengirim surat kepada Kepala IAEA Yukiya Amano untuk memprotes pelanggaran ruang udara fasilitas nuklir Iran oleh pesawat tanpa awak Israel.

Dalam suratnya yang datang pada malam pertemuan Dewan Gubernur IAEA dan konferensi umum IAEA, Reza Najafi mengecam keras pelanggaran itu dan menyerukan kecaman internasional atas tindakan negara Yahudi tersebut.

Tindakan yang diikuti pengulangan ancaman Israel terhadap Iran itu merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap integritas teritorial Iran dan kedaulatan nasional serta bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum internasional dan Piagam PBB, kata pernyataan itu.

Najafi menyebutkan Resolusi 533 dan Resolusi 444 konferensi umum IAEA yang mengatakan, setiap serangan militer terhadap atau ancaman terhadap fasilitas nuklir damai melanggar hukum dan dilarang.

Dia menegaskan bahwa Iran berhak untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan integritas teritorial dan memperingatkan, bahwa tindakan provokatif semacam itu akan memerlukan konsekuensi serius bagi penyerang.

Sebuah baterai anti-pesawat udara dari divisi kedirgantaraan IRGC (Iran) menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak mata-mata Israel di atas wilayah Iran pada 24 Agustus, menurut laporan IRNA.

Pesawat tak berawak itu menghindari radar menembus ke situs nuklir Natanz, Iran.

Sejak lama Israel tak senang dengan perkembangan program nuklir Iran.

(Ant) –