Panusunan Siregar (2)

Denpasar (Metrobali.com)-

Bali mampu meraih devisa sebesar 40,93 juta dolar AS dari pengapalan berbagai jenis matadagangan selama bulan Februari 2015, meningkat 7,49 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 38,08 juta dolar AS.

“Perolehan devisa 40,43 juta dolar AS tersebut, jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya meningkat 1,38 persen, karena devisa yang diraih saat itu hanya 40,37 juta dolar AS,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Kamis (2/4).

Ia mengatakan, pengapalan berbagai jenis matadagangan ke pasaran mancanegara itu melalui Pelabuhan Benoa, Bali hanya tercatat 37,02 persen atau senilai 15,15 juta dolar AS, merosot dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya mencapai 20,83 juta dolar AS atau memberikan andil 51,60 persen.

Sedangkan pengiriman matadagangan Bali ke pasaran ekspor melalui pelabuhan di Jawa Timur senilai 25,38 juta dolar AS atau memberikan andil 62,02 persen, menyusul pelabuhan di Jawa Tengah 0,15 persen dan DKI Jakarta 0,81 persen.

Panasunan Siregar mengingatkan, pemerintah Provinsi Bali perlu memfasilitasi dan memberikan kemudahan kepada para pengusaha daerah ini agar bisa mengirim barang melalui pelabuhan Benoa.

Hal itu dapat dilakukan dengan meningkatkan infrastruktur pelabuhan, sekaligus akan memberikan fungsi ganda bagi masyarakat, pengusaha dan pemerintah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Dampak lain yang tidak kalah penting mampu mengurangi kepadatan lalu lintas, khususnya di jalur Denpasar-Gilimanuk yang selama ini menjadi jalan utama yang menghubungkan trans Sumatera-Jawa-Bali-Nusa Tenggara Barat (NTB).

Berbagai jenis komoditas dari Bali itu paling banyak ditujukan ke Amerika Serikat yang mencapai 19,96 persen, menyusul Jepang 9,92 persen, Singapura 9,52 persen, Australia 6,62 persen dan Perancis 5,78 persen.

Dengan demikian secara kumulatif nilai ekspor Bali selama dua bulan pertama 2015 mencapai 79,01 juta dolar AS, menurun 8,45 persen dibanding kurun waktu yang sama tahun sebelumnya tercatat 86,30 juta dolar AS, ujar Panasunan Siregar. AN-MB