Syarifah Rahmatillah

Jakarta (Metrobali.com)-

Isu gender terkadang dianggap sebagai sebuah hambatan bagi ideologi suatu partai, kata Direktur Mitra Sejati Perempuan Indonesia (MISPI) Syarifah Rahmatillah di Jakarta, Selasa (25/11).

“Intimidasi juga dialami perempuan terkait dengan ideologi feminis yang mereka anut, partai sering melarang mereka bicara soal hak-hak perempuan sebagai tema kampanye,” kata Syarifah.

Ia menuturkan jika berkaca pada pemilu 2014 di Aceh, seorang calon legislatif perempuan menyatakan bahwa petinggi di partainya menegaskan kata gender merupakan salah satu kata yang harus dihindari, sama dengan larangan mengucapkan kata kejahatan tentara di masa lampau atau kritik terhadap syariat Islam di Aceh.

“Karenanya, meskipun banyak perempuan memanfaatkan politik keterwakilan perempuan, dalam kampanye mereka sangat jarang menggunakannya sebagai tema kampanye,” ujarnya.

Menurut Syarifah, selain itu beberapa perempuan calon legislatif juga tidak yakin secara ideologis tentang pentingnya politik keterwakilan itu, sementara partai secara umum menganggap isu itu tidak penting bahkan bisa merusak citra partai.

“Oleh karena itu, tekanan dan intimidasi sangat dirasakan oleh aktivis perempuan yang masuk partai dengan tujuan jelas, yaitu untuk menyuarakan hak-hak perempuan, seperti menolak kekerasan terhadap perempuan,” katanya lagi.

Dia menjelaskan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh pihaknya dan Lies Marcoes Natsir tentang ancaman serta intimidasi terhadap partisipasi politik perempuan dalam pemilu 2014 di Aceh membuktikan bahwa kekerasan berbasis gender dialami sejumlah calon legislatif perempuan.

“Mereka diragukan kemampuannya untuk memimpin, menjadi anggota partai dan kesanggupannya memperjuangkan kepentingan partai,” katanya.

Dia menambahkan, dapat dipastikan pelaku intimidasi yang paling keras terhadap perempuan adalah lelaki di internal partai sendiri akibat persaingan yang sangat tajam. AN-MB