Joged Pentas di TB
MENCUATNYA
 fenomena joged pornoaksi di tengah kehidupan warga masyarakat kekinian memang belum sepenuhnya dapat dituntaskan. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan. Termasuk sanksi hukum yang lebih berat baik perdata maupun pidana pun telah disiapkan. Tapi, faktanya praktik pembiaran seakan terlanjur terjadi secara masif dan sistematis. Bahkan, upaya penegakan supremasi hukum yang berkeadilan dan lebih bermartabat semakin kehilangan kekuatan legitimasinya sesuai ketentuan peraturan konstitusi negara, UUD’45 dan Pancasila. Karena telah terkoptasi gejolak kebathinan yang kencenderungan lebih mengutamakan kepentingan pribadi maupun kelompok atau golongan tertentu.

Di samping itu, rupanya tingkat kesejahteraan seniman sebagai pelaku utamanya acapkali masih terkesan terabaikan. Akibatnya, fenomena ini dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk mendapatkan keuntungan finansial pragmatis atau sesaat dengan mengabaikan dampak negatifnya dalam jangka panjang, terutama terhadap upaya pelestarian dan pengembangan nilai adiluhung kebudayaan bangsa secara terus menerus dan berkesinambungan sesuai tuntutan peradaban globalisasi zaman. Maka itulah, fenomena joged pornoaksi tetap marak terjadi di tengah kehidupan warga masyarakat kekinian dalam desa pakraman.

Menyikapi realitas itulah, sejumlah instansi birokrasi pemerintahan terkait bersama para pakar atau para ahli di bidangnya dari kaum intelektual akademisi, profesional, budayawan, dan tokoh masyarakat terutama kalangan seniman sepakat menjalin kerja sama dengan mengadakan aktivitas kesenian di UPT Taman Budaya (arts centre) Bali, Denpasar setelah pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) berlangsung. Adapun kegiatan itu berupa peragaan dan pementasan seni budaya, yang disebut Bali Mandara Mahalango 2014, yang dimaknai sebagai dinamika seni budaya menuju kesejahteraan, kemajuan, dan keagungan peradaban Bali.

Kegiatan ini berlangsung mulai 13 Juli – 13 Agustus 2014. Melibatkan sekitar 64 sekaa/sanggar/yayasan seni budaya di Bali. Dalam aksi panggungnya, para duta seni budaya pilihan ini menyajikan beragam aktivitas kesenian seperti pelatihan seni, peragaan busana, pentas seni untuk pelestarian maupun pengembangan baik tradisi, modern, kontemporer, dan kreasi baru secara kolosal. Di antara beragam aktivitas kesenian tersebut, salah satunya berupa parade joged bumbung yang disajikan secara berbeda, yakni mebarung atau berhadap-hadapan.

Jika publik selama pelaksanaan PKB berlangsung mengetahui bahwa seperti biasanya kesenian ini senantiasa dipentaskan pada siang hari di panggung semi tertutup yang relatif terbatas seperti Kalangan Ayodya. Namun, dalam peragaan dan pementasan seni budaya, Bali Mandara Mahalango kesenian ini dipentaskan pada malam hari di panggung terbuka, Ardha Candra (arts centre) Bali, Denpasar. Fenomena ini tentunya seakan memberikan sensasi tersendiri terutama bagi para seniman baik penabuh maupun penari jogednya serta para pengibing, termasuk apresiasi publiknya, terutama para pencinta seni budaya yang sangat fanatik terhadap kesenian balih-balihan ini.

Langkah strategis ini dalam upaya penguatan tata nilai adiluhung dari kekuatan ruh dan taksu kebudayaan bangsa berbasis kearifan lokal, sehingga tidak semakin terancam dan bahkan cenderung kehilangan semangatnya dalam konsep ngayah tulus iklas tanpa pamrih di masa datang. Diharapkan, dengan begitu, proses hegemoni terhadap penelanjangan tubuh perempuan di depan publik atas dalil kepentingan modal ekonomi tidak semakin meresahkan dan merusak citra budaya bangsa dalam konteks kebermaknaan secara sosiobudaya di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat.

Selain itu, juga kekuatan pengaruh ideologi pasar, ideologi patriarki, ideologi gender, dan ideologi seks yang terkesan bergerak secara simultan melegitimasi pertunjukan seni joged pornoaksi di tengah kehidupan warga masyarakat kekinian tidak semakin kebablasan. Sehingga, desa pakraman tidak senantiasa melakukan praktik pembiaran terjadinya penelanjangan tubuh perempuan dalam pertunjukan seni budaya berupa joged pornoaksi di depan publik secara masif dan sistemik.

Duta seni budaya Bali yang dapat kesempatan tampil, di antaranya sekaa joged bumbung Eka Satya Budaya banjar Kawan Mambal, Marga Tabanan, dengan sekaa joged bumbung Dewi Tungga, desa Suwug, Sawan Buleleng, Minggu (13/7). Menyusul kemudian sekaa Werdhi Kencana, banjar Delod Pasar, Blahkiuh, Abiansemal Badung, dengan sekaa Jaya Suara banjar Pangkung Lip-lip, Kaliakah Negara, Jembrana, Selasa (22/7), sekaa Seraya Kanti, banjar Kelusu, Pejeng Kelod, Tampaksiring Gianyar, dengan sekaa Sekar Sari Pedungan, Denpasar Selatan, Selasa (29/7).

Selanjutnya, sekaa Giri Suara, banjar Gunung Penatih, Dangin Puri Denpasar Timur, dengan sekaa Girang Lestari, banjar Bunutan, Abang, Karangasem, Selasa (5/8), dan sebagai pemungkas sekaa joged bumbung Bali Gotra Yayasan Pendidikan Semarapura, Klungkung dengan sekaa Mekar Sari banjar Pucangan, Kayubihi, Bangli, Selasa (12/8).

Dra. Ida Ayu Putri Masyeni, Kabid Kesenian dan Perfilman Disbud Bali, mengatakan sajian pagaleran joged bumbung mebarung selama pelaksanaan Bali Mandara Mahalango tahun ini tentunya sebagai wujud nyata pemerintah dalam membenahi citra seni pertunjukan balih-balihan ini dari kesan pornoaksi. Selain itu, juga sekaligus untuk mengapresiasi semangat seniman sebagai pelaku utamanya dalam menggeliatkan denyut nadi kreativitas berkeseniannya dalam menciptakan karya kreatif, inovatif dan kompetitif. “Sehingga upaya peningkatan pelestarian dan pengembangan kebudayaan bangsa berbasis kearifan lokal khas Bali secara berkelanjutan di masa datang dapat tercapai dengan baik dan sesuai harapan publik tentunya,” harapnya.

Lebih jauh, Ni Wayan Sulastriani, Kasi Promosi dan Pementasan Budaya, Disbud Bali, mengatakan kegiatan Bali Mandara Mahalango ini untuk mengapresiasi denyut nadi  kreativitas berkesenian di UPT Taman Budaya (arts centre) Bali, Denpasar secara berkelanjutan. Selain itu, sebagai media edukasi publik terutama kalangan pelajar dan mahasiswa, dalam upaya pencetakan karakter bangsa, budi pekerti berlandaskan nilai-nilai adiluhung kebudayaan bangsa berbasis kearifan lokal khas Bali.

Makanya, lanjutnya, para apresian atau audiens (penonton) yang diprioritaskan dapat mengapresiasi kegiatan peragaan dan pementasan seni budaya Bali Mandara Mahalango ini dari kalangan pelajar dan mahasiswa, termasuk para sinaes muda Bali untuk dapat mengembangkan bakat dan talentanya dalam pembuatan film dokumenter tentang keanekaragaman seni budaya Bali. Sebagai upaya menggugah daya kreativitas inovatif di bidang seni budaya dengan beragam variannya.

Bahkan, di samping itu juga diharapkan dari kalangan turistik baik domestik maupun mancanegara. Untuk itulah, pihaknya juga melibatkan dinas terkait di bidangnya, yakni dinas pariwisata. Sehingga, para travel agent dapat mengarahkan tamunya untuk berkunjung selama kegiatan seni budaya ini berlangsung hingga, Rabu (13/8)  mendatang. “Kami berharap peran serta aktif semua pihak untuk mengapresiasi kegiatan seni budaya pasca Pesta Kesenian Bali (PKB) ini, sehingga mampu memberikan nilai tambah tersendiri bagi pelestarian dan pengembangan seni budaya bangsa secara berkelanjutan,” harapnya. WB-MB