Malaysia Healthcare menyelenggarakan gathering kesehatan mengenai opsi perawatan penyakit kanker
Malaysia Healthcare menyelenggarakan gathering kesehatan mengenai opsi perawatan penyakit kanker. Acara gathering kesehatan yang diadakan di Neo Hotel Denpasar ini diikuti oleh komunitas PSMTI (Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia) Bali dan mengangkat tema “Imunoterapi dalam Pengobatan Kanker Darah”, Gathering Kesehatan ini merupakan kolaborasi antara Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC) atau secara singkat disebut “Malaysia Healthcare” dan Gleneagles Hospital Penang, yang merupakan salah satu dari 73 rumah sakit anggota MHTC.
Dalam seminar ini, Dr. Lim Su Hong, Konsultan Hematologis dari Gleneagles Hospital Penang menjelaskan, saat ini imunoterapi dapat menjadi salah satu alternatif dalam pengobatan kanker, Imunoterapi adalah suatu bentuk pengobatan kanker yang memberi manfaat sistem kekebalan tubuh manusia dan sel-sel ini digunakan untuk melawan kanker. Imunoterapi dapat digunakan sendiri dalam pengobatan kanker atau dikombinasikan dengan kemoterapi yang merupakan perawatan utama dalam pengobatan kanker. Terapi tersebut memberikan minimal efek samping”.
Menurut data terbaru dari World Health Organization atau WHO, kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia, dan laporan tahun 2018 ada sekitar 9.6 juta orang meninggal karena Kanker. Saat ini Imunoterapi bisa menjadi alternatif untuk perawatan kanker dan terus menjadi perbincangan hangat dalam lingkup pengobatan kanker.
“Kanker merupakan penyakit yang bisa diderita siapa saja, oleh karena itu Rumah Sakit swasta di Malaysia melalui Malaysia Healthcare berdedikasi dalam mengeksplorasi inovasi berkelanjutan dalam teknologi medis untuk membantu dan menemukan solusi untuk masalah tersebut. Imunoterapi dikenal sebagai salah satu perawatan kanker yang paling dicari. Dan saat ini perawatan tersebut tersedia di layanan kesehatan kami yang berada di bawah Malaysia Healthcare” kata Farah Delah Suhaimi selaku Director Market Development Indonesia.
Malaysia Healthcare memberikan fasilitas medis dengan layanan kesehatan berkualitas kelas dunia, yang mudah diakses, dan terjangkau secara kompetitif kepada jutaan wisatawan medis yang datang ke Malaysia. Menurut data pada tahun 2018, Malaysia Healthcare telah melayani lebih dari 1,2 juta wisatawan medis, ini meningkat lebih dari 14% dibandingkan tahun 2017. Pada tahun yang sama, jumlah pasien dari Indonesia juga mengalami peningkatan sebesar 11% dibandingkan tahun sebelumnya, terutama dari Jakarta, Surabaya dan Medan.
“Tahun depan, Malaysia Healthcare akan melaksanakan campaign pertama kami yaitu Malaysia Year of Healthcare (MYHT2020) campaign ini dilaksanakan bersamaan dengan campaign Visit Malaysia 2020. Dalam Malaysia Year of Healthcare tersebut, kami akan mengundang semua wisatawan medis untuk dapat memprioritaskan kesehatan mereka melalui pengalaman yang tanpa batas dan merasakan keramahan yang hangat dari Malaysia. Kami juga mengundang masyarakat di Indonesia untuk dapat merasakan pengalaman bersama dengan Malaysia Healthcare melalui roadshow ini, terutama dalam MYHT2020” tambah Farah.
Malaysia Healthcare juga berdedikasi dalam memberikan pengalaman perjalanan perawatan terbaik dengan layanan End to End Services. Malaysia Healthcare berkomitmen untuk memberikan informasi yang jelas dan lengkap, wisatawan medis dari Indonesia bisa mengunjungi microsite kami yang baru-baru ini kami launching dan berbahasa Indonesia di http://www.medicaltourismmalaysia.id/ dan kami juga memiliki media social Instagram & Facebook @medtourismmy.id serta layanan Call Centre di +62 812-8971-0029 sehingga wisatawan medis dari Indonesia bisa menanyakan informasi secara detail dan  memiliki akses yang lebih mudah dan lengkap.
Malaysia telah diakui secara internasional sebagai Best Country in the World for Healthcare dari tahun 2015 hingga 2017 dan juga tahun 2019 oleh majalah International Living yang berasal dari AS dan menerima penghargaan Destination of the Year untuk wisata medis dari tahun 2015 hingga 2017 serta penilaian istimewa pada tahun 2018 oleh International Medical Travel Journal yang berasal dari Inggris. (hd)