Catatan Agus Dei, Penulis adalah  Akademisi /mantan Wartawan

Denpasar (Metrobali.com)-Lima tahun di bawah kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur Bali, Dr. Wayan Koster dan Prof. Jjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Koster-Ace) Bali terus bergerak menata infrastrukturnya. Pembangunan Bali diselenggarakan dengan Visi Nangun Sat Kerthi  Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju BALI ERA BARU yang dijabarkan menjadi 22 Misi, dituangkan/dirangkum dalam 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru.

Tentunya, keseimbangan dan keharmonisan pembangunan antarwilayah di Bali itu,  tidak akan pernah terwujud tanpa infrastruktur darat yang terkoneksi dan terintegrasi. Satu di antaranya Pembangunan jalan Tol Gilimanuk-Mengwi merupakan implementasi konsep keseimbangan dan keharmonisan pembangunan Bali yang selaras dengan nilai-nilai kearifan local.
Menurut Koster, kondisi objektif dimana  sejak dahulu, jalan yang menghubungkan Gilimanuk-Mengwi memiliki banyak tikungan tajam dan tanjakan curam dengan tingkat kecelakaan yang tinggi. Pertumbuhan kendaraan yang tinggi tidak sebanding dengan kapasitas jalan, mengakibatkan kemacetan, sehingga waktu tempuh menjadi panjang dan tidak menentu. Kondisi parah ini telah berlangsung begitu lama, tanpa pernah ada gagasan
untuk mengatasi.

Karena itu, dalam masa kepemimpinan yang sisa tinggal 2 tahun itu, dirinya, berhasil mencarikan solusi terbaik, meyakinkan Pemerintah Pusat serta menarik investasi untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan jalan Tol dengan panjang 96,21 km dan lebar 40 meter. Proses pengerjaan diawali dengan pembebasan lahan mulai tahun 2022 sampai tahun 2023. Pembangunan konstruksi mulai tahun 2023 sampai tahun 2025.  Kebutuhan anggaran untuk pembebasan lahan bersumber dari Pemerintah Pusat/Kementerian PUPR dan untuk pembangunan struktur/fisik bersumber dari investasi.

Ide besar Gubernur dikuatkan pula dengan  mengeluarkan surat keputusan Nomor 243/01-A/HK/2022 tanggal 7 Maret 2022 tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Ruas Jalan Tol Gilimanuk – Mengwi di Provinsi Bali. Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Provinsi Bali I Gede Indra Dewa Putra selaku Ketua Tim Persiapan menyampaikan peta lokasi pembangunan ruas jalan tol Gilimanuk-Mengwi.

Ketua Tim Persiapan, I Gede Indra Dewa Putra menyampaikan, maksud Pembangunan Ruas Jalan Tol Gilimanuk – Mengwi merupakan salah satu implementasi dari arah kebijakan utama pembangunan nasional percepatan pengembangan kawasan strategis, dalam rangka percepatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, melalui peningkatkan aksesibititas dan kapasitas jaringan jalan, sehingga meningkatkan produktivitas melalui pengurangan biaya distribusi dan menyediakan akses ke pasar regional maupun internasional.

Adapun tujuannya adalah mendukung terwujudnya Misi Provinsi Bali antara lain: Mengembangkan destinasi dan produk pariwisata baru berbasis budaya dan berpihak kepada rakyat yang terintegrasi antar kabupaten/kota se- Bali; meningkatkan standar kualitas pelayanan kepariwisataan secara komprehensif; membangun dan mengembangkan pusat-pusat perekonomian baru sesuai dengan potensi kabupaten/kota di Bali dengan memberdayakan sumber daya lokal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dalam arti luas; membangun dan mengembangkan industri kecil dan menengah berbasis budaya (branding Bali) untuk memperkuat perekonomian Krama Bali, dan meningkatkan pembangunan infrastruktur (darat, laut dan udara) secara terintegrasi serta konektivitas antar wilayah   untuk mendukung pembangunan perekonomian serta akses dan mutu pelayanan publik di Bali.

Letak dan luas tanah lokasi rencana pembangunan Ruas Jalan Tol Gilimanuk – Mengwi seluas ± (lebih kurang) 1.113,33 (seribu seratus tiga belas koma tiga puluh tiga) hektar, melintasi 3 wilayah administrasi kabupaten (Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Badung), 13 kecamatan dan 58 desa/kelurahan dengan rincian sebagai berikut. Kabupaten Jembrana seluas ± (lebih kurang) 683,75 ha, Kabupaten Tabanan seluas ± (lebih kurang) 420,40 ha, dan Kabupaten Badung seluas ± (lebih kurang) 9,18 ha.

Perkiraan waktu yang dibutuhkan dalam proses pengadaan tanah rencana Ruas Jalan Tol Gilimanuk – Mengwi pada tahun 2022 sampai dengan tahun 2024. Perkiraan waktu yang dibutuhkan dalam proses konstruksi yang diperkirakan dari tahun 2022 sampai dengan tahun 2027.

Bupati Jembrana I Nengah Tamba mengakui  keberadaan Tol Jagat Kerthi Bali memberi manfaat mempersingkat waktu tempuh semula 4 – 6 jam menjadi 1,5 – 2 jam; meningkatkan kenyamanan dan keamanan tranportasi logistik, penumpang domestik dan wisatawan; mengembangkan pusat destinasi wisata baru dan pemasaran UMKM;
mampu menumbuhkan pusat perekonomian baru di wilayah lintasan jalan tol; dan menyeimbangkan pembangunan wilayah Bali Utara, Tengah, dan Barat.
Pembangunan infrastruktur strategis ini menjadi kebanggaan yang
membahagiakan, diwariskan sepenuhnya kepada seluruh masyarakat Bali.

Pembangunan megaproyek Jalan Tol Jagat Kerthi Bali yang menelan biaya 24,6 triliun ini  telah dilakukan tahap sosialisasi dan konsultasi public kepada masyarakat pemilik lahan dimasing -masing wilayah kabupatan Jembrana, Tabanan dan Badung.  Dari sebanyak 8.643 orang pemilik lahan, sebanyak 8.641 yang setuju, hanya 2 warga tidak setuju. Jadi kalau dipersen yang setuju itu sekitar 99, 9 persen yang mendukung Pembangunan Tol Jagat Kerthi.

‘’ Kami mendukung proyek tol Gilimanuk –Mengwi yang melintasi lahan dan bersedia melepas lahan tersebut,’’ papar Nyoman Dana, warga Banjar Sumbermis, Desa Pekutatan Kecamatan Pekutatan. Dana adalah salah satu tokoh masyarakat Sumbermis berharap pembangunan segera dapat diwujudkan karena akan meningkatkan perekonomian yang bernanfaat unutk kesejahteraan di tiga wilayah tersebut dan Bali secara umum.

Dalam catatan penulis, tol Gilimanuk-Mengwi telah berjalan 18 bulan setelah  roundbreaking atau peletakan batu pertama pada 10 September 2022 di Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana. Warga masyarakat yang lahan telah dibebaskan menanti realisasi Tol Jagat Kerthi Bali yang menjadi tol kedua setelah jalan Tol diatas laut Bali Mandara.

Sementara itu Ketua DPRD Tabanan I Made Dirga menegaskan, Pembangunan jalan tol yang menghubungkan Gilimanuk-Mengwi, selain mampu mengembangkan potensi daerah terutama pada sektor pariwisata dan industri, jalan yang menjadi penanda Bali Era Baru tersebut akan membukaz akses terutama unutk pengembangan pariwisata di Tabanan yang berbasis desa wisata. ‘’Tol jadi tidak ada lagi jalur tongkorak yang selama ini mengahtui masyrakata Tabanan,’’ujar Dirga.

Akademisi Universitas Udayana yang membidangi  transportasi Prof. Ir. Putu Alit Suthanaya, ST., M.EngSc., PhD menilai, Pembangunan tol ini ditunggu tunggu masyrakat Bali. Dalkam tataran teroritis, idealnya luas jaringan sekitar 15 persen dari luas wilayah. Sebagai ilustrasi , luas jaringan jalan dibandingkan luas perkotaan Sarbagita ( Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan)  hanya sekitar 6 persen, artinya  kita masih kekurangan jaringan jalan.

‘’Dulu saya sudah pernah kaji kelayakan pembangunan jalan tol tersebut, namun tidak pernah kunjung terealisai. Kali ini kita patut memberikan apresiasi yang tinggi kepada pak Koster dan pak Cok Ace dengan Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang memuat satu program infrastruktur Pembangunan jalaur darat yang terintegrasi, 13 kecamatan dan 58 desa,’’ puji Prof  Putu Alit.

Harapan realisasi Tol Jagat Kerthi  Bali juga datang dari sejumlah mahasiswa dalam kuliah umum Pak Koster bertajuk GEN-Z penerus masa depan Bali.  Mereka ramai-ramai mempertanyakan agar program-program dapat dituntaskan pada periode kedua menadatang. ‘’Semoga segera terealisasi pembangunan Tol Jagat Kerthi Bali,’’ kata Ida Ayu Alit Calista mahasiwa  program DKV INSTKI seraya memuji pak Koster dengan ide -ide besar saat jadi Gubernur 2018-2023. Ni Putu Taris Aprilia Dewi,  mahasiswa Fakulktas ekonomi Warmadewa mengapresiasi paparan program Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Salah satunya kelanjutan Tol Jagat Kerthi. ‘’Kalau tuntas tol ini, Bali memiliki tol yang luar biasa. Selain tol Bali Mandara, ‘’tutur Dewi.

Mantan Gubernur Koster kembali menegaskan bahwa tol tersebut tetap jalan sesuai program proyek strategi nasional.  Megaproyek ini ditargetkan akan rampung pada 2025 dari awalnya 2028. ‘’Sekali lagi semua penanda Bali Era Baru akan dituntaskan di periode kedua nanti. Pak Koster juga mempertegas, pernyataan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Mochamad Basuki Hadimoeljono saat groundbreaking 10 September 2022.

“2023 nanti mulai fisik atau mulai sekarang dan Insyaallah dengan doa daripada masyarakat tadi, bisa diselesaikan tahun 2025. Jadi saya mohon dengan sangat sekali lagi Pak Tito (Pimpinan Badan Pengatur Jalan Tol) kita bisa bekerja bersama dengan dengan kerja 7 hari seminggu,” ungkap Menteri Basuki.

Menteri Basuki menjelaskan, jalan bebas hambatan ini dikerjakan dalam 3 tahap.
Adapun tahap I pembangunan jalur Tol Gilimanuk-Pekutatan sepanjang 53,6 Km, tahap II Pekutatan-Soka sepanjang 24,3 Km dan tahap III Soka-Mengwi sepanjang 18,9 Km. Untuk itu, Menteri Basuki Hadimuljono memerintahkan agar pembangunan tol ini mengikuti irama jegog, dinamis seperti musik rock n roll. Sehingga, pekerjaannya lebih cepat dan pengoperasian tol bisa dinikmati masyakarat pada 2025 mendatang.

Menurutnya, ada dua hal dalam pembangunan jalan tol di Indonesia secara umum dan di Bali secara khusus yang harus diperhatikan. Pertama, jalan tol harus berkualitas. Karena itu, Basuki akan memberikan surat tugas kepada Gubernur Bali I Wayan Koster untuk mengawasi dan menjaga kualitas pekerjaan BUJT.

Hal ini karena Bali merupakan destinasi wisata dunia. Sebab, Indonesia harus bisa menunjukkan mampu membangun jalan tol berkualitas. Kedua adalah estetika yang harus diperhatikan kontraktor pelaksana. Estetika ini penting agar pengguna jalan tol, dapat menikmati keindahan alam di tiga wilayah yang dilintasi tersebut.

Menteri Basuki menegaskan, pembangunan jalan tol ini merupakan prakarsa murni dari pihak swasta (unsollicited projsesu ngfuhnya ect) sehingga Kementerian PUPR sangat mendorong terlaksananya pembangunan jalan tol tersebut. Hal ini sesuai dengan pesan Presiden Joko Widodo agar mencari berbagai alternatif pembiayaan pembangunan jalan tol sehingga tidak membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“Terlebih pemrakarsanya ini bukan BUMN, oleh karenanya Kementerian PUPR sangat mendorong swasta non-BUMN agar lebih semangat untuk berinvestasi di jalan tol. Jalan tol ini akan dibangun oleh swasta murni tanpa dukungan dari Pemerintah (viability gap fund), karena tingkat kelayakan investasinya (IRR) sangat tinggi di jalur yang sudah ramai dilewati kendaraan,” ujarnya seraya menyatakan tidak yang mangkrak, Proyek Jalan Tol Terpanjang di Bali akan ditender ulan Kementerian PUPR.

Menteri Basuki Hadimuljono, sempat menjelaskan bahwa rencana tender ulang Jalan Tol Gilimanuk – Mengwi dilakukan karena pemrakarsa awal gagal mendapat pendanaan atau investor untuk pembangunan tol terpanjang di Bali tersebut.

“Kami tenderkan karena yang kemarin pemrakarsa itu failed atau gagal untuk mendapatkan pendanaan. Jadi sesuai dengan aturan kami batalin mudah-mudahan November ini sudah bisa tender,” jelas Basuki. Basuki berharap, tender yang akan dilakukan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), bisa meraup investor sehingga pembangunan bisa segera dilaksanakan.