Foto : Sekretaris Wilayah (sekwil) Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai NasDem Bali Luh Putu Nopi Seri Jayanti, SH.

Denpasar (Metrobali.com)-

Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan ekonomi, perempuan Bali dikenal sangat tangguh, ulet, pekerja keras dan multi tasking. Namun selama ini belum banyak politisi perempuan Bali yang mampu berkiprah di ranah politik walaupun memiliki sejumlah keunggulan dari politisi pria.

Kuota 30 persen calon anggota legislatif (caleg) perempuan memang selalu terisi. Namun yang mampu melenggang menjadi wakil rakyat bisa dihitung dengan jari. Secara persentase, politisi perempuan yang menjadi anggota Dewan di Bali rata-rata di kisaran 10 persen dari total jumlah anggota Dewan.

Anggapan miring pun kerap muncul bahwa politik perempuan yang nyaleg dianggap hanya sebagai “pelengkap kuota” bahkan sebagian dianggap hanya “penonton” dan “pemain cadangan.” Namun anggapan tersebut tidak mengurangi semangat politisi perempuan untuk ikut bertarung.

Bahkan Pileg 2019 ini akan menjadi ajang pembuktian bangkitnya politisi perempuan untuk berkiprah dan berjuang lebih banyak di ranah politik. Maka menurut Sekretaris Wilayah (sekwil) Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai NasDem Bali Luh Putu Nopi Seri Jayanti, SH mengatakan politisi perempuan terus berbenah menghadapi kerasnya pertarungan dan untuk membuktikan kualitas mereka sebagai politisi tangguh.

“Kita sudah melewati beberapa kali pemilihan legislatif, dari proses ini lahir politisi-politisi perempuan yang tangguh. Saya yakin tahun 2019 nanti, caleg perempuan tidak akan jadi pelengkap quota saja,” kata Nopi Kamis (31/5/2018).

Perempuan kelahiran Singaraja ini mengatakan khusus di Bali rekam jejak  kepemimpinan perempuan dalam pertarungan politik cukup jelas. Bisa terlihat dari 9 kabupaten/kota di Bali 2 di antaranya dipimpin perempuan. Yaitu Kabupaten Karangasem dan Tabanan.

Artinya semangat tarung politisi perempuan khususnya di Bali tidak diragukan lagi. “Kalau di Bali saya melihat ada kepercayaan lebih pada politisi perempuan,” kata Nopi. Namun, dia menaruh catatan untuk konteks pileg memang perlu perjuangan lebih serius. Pasalnya lawan yang dihadapi cukup banyak. Baik dari internal maupun eksternal partai yang mengusung. Karena itu berbekal rasa”kasihan” saja tidak cukup.

Hal yang paling penting adalah kesiapan kualitas diri, kemampuan mengorganisir kekuatan dan tentunya kerja-kerja politik yang nyata. Dia berharap majunya politisi perempuan tidak sekedar pemenuh quota apalagi sekedar meramaikan panggung politik. Lebih jauh perempuan harus mampu menunjukan kualitas dan kerja nyata bagi publik.

Keterwakilan perempuan tentu saja bukan sekedar adanya politisi yang akan memperjuangkan isu-isu perempuan. Tapi lebih jauh kehadiran perempuan dalam pengambilan kebijakan akan memberi perspektif tersendiri dalam konteks kesetaraan gender.

“2019 harus jadi moment representasi politisi perempuan untuk mengkonsolidasikan diri dan menunjukan kualitas sehingga kursi di parlemen bisa memberikan perlindungan yang maksimal terhadap aspirasi perempuan,” kata Nopi.

Pewarta : Widana Daud

Editor     : Hana Sutiawati