Gunung Agung tremor
Beberapa hari belakangan terjadi pelambatan efusi atau pertumbuhan lava di puncak kawah Gunung Agung/MB
Karangasem, (Metrobali.com) –
Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devy Kamil Syahbana menuturkan beberapa hari belakangan terjadi pelambatan efusi atau pertumbuhan lava di puncak kawah Gunung Agung.
Menurutnya, pelambatan pertumbuhan lava itu bisa berindikasi pada terjadinya dua kemungkinan. “Apakah dia menjauh ke arah erupsi atau justru mendekat ke arah erupsi,” kata Devy di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Kamis 7 Desember 2017.
‎Devy menjelaskan kemungkinan pertama yakni menjauh ke arah erupsi. Kondisi itu bisa terjadi jika laju pertumbuhan melambat yang mengakibatkan lava di puncak kawah Gunung Agung mengeras ketika berinteraksi dengan udara.
Pada saat sama, tekanan di bawah terlepaskan melalui hembusan pelan-pelan seperti ban yang mengalami bocor halus.
“Sampai tekanan di bawah ini kembali ke equilibrium atau ke tekanan normalnya,” terangnya. Hal itu bisa terpantau melalui kegempaan yang terekam dalam seismograf.
“Kapan kita tahu itu kalau dia kembali ke normalnya? Dari gempa. Apa yang menyebabkan gempa? Kelebihan tekanan. Kelebihan tekanan itu karena apa, ya dari tadi itu, dari gas itu,” ujarnya.
Ia menjelaskan pentingnya pengukuran gas pada gunung api di manapun. ‎”Karena dalam gunung api gas is the driving force of eruption. Gas itu adalah penyebab utama suatu erupsi. Eksplosivitas erupsi itu ditentukan oleh gasnya,” tuturnya.
Kemungkinan kedua yakni jika pelambatan pertumbuhan lava justru mengarah pada terjadinya erupsi bisa disebabkan ketika lava di permukaan kawah sudah mengeras. Namun, lavadi bawah terus bertumbuh.
“Tapi dia tidak bisa mendorong sampai ke atas. Bayangkan saja, ini 20 juta meter kubik. Sekarang ada yang mendorong, tidak kuat lagi ke atas. Kalau tidak kuat energinya turun lagi ke bawah. Tidak! Dia akan terus terakumulasi sampai pada satu titik tertentu tekanan di bawah lebih kuat dari atas, akhirnya erupsi,” beber dia.
“Jadi ada dua skenario. Pertama dia sedang menjauh dari erupsi atau dia sedang menuju ke arah sana,” tambah Devy. Jika mengacu kepada tren data, saat ini Devy menyebut Gunung Agung masih melihat indikasi kerentanan terjadinya erupsi. JAK-MB