Menteri Keuangan M Chatib Basri

Nusa Dua, Bali (Metrobali.com)-

Jumlah kelas menengah di Indonesia terus tumbuh. Pada tahun 2003, jumlah kelas menengah yang rata-rata menghabiskan US$4 perhari sejumlah 5 persen dari jumlah populasi penduduk Indonesia.

Pada tahun 2010, jumlah kelas menengah Indonesia membengkak menjadi 18 persen. “Dalam waktu 7 tahun jumlahnya bertambah 13 persen. Jika dikalikan jumlah penduduk Indonesia yang 240 juta, maka jumlah kelas menengah itu sebanyak 40 juta,” kata Menteri Keuangan M Chatib Basri saat memberi keterangan resmi pada acara OECD Southeast Asia Regional Forum: Regional Competitiveness for Sustained growth, di Nusa Dua, Bali, Rabu 26 Maret 2014.

Menurut Basri, ke depan kelas menengah akan memiliki peranan penting. Kelompok ini adalah produktitivtas dan konsumsinya relatif besar,” jelas dia. Ia memaparkan, kelompok kelas menengah di banyak negara selalu mendongkrak roda perekonomian suatu negara. Tak hanya di Indonesia, di China dan di banyak negara Asia lainnya kelas menengah merupakan pendongkrak ekonomi.

“Bukan hanya di RI, tapi juga China dan di banyak negara di Asia, driver eknonomi datangnya dari kelas menangah,” papar Basri.

Ia optimistis pada tahun 2025 jumlah kelas menengah sebesar 135 juta. Meski menjadi pendorong ekonomi, namun di sisi lain ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. “Ada ekspektasi untuk treatment kepada mereka. Mereka menginginkan fasilitas publik yang lebih baik. Dia (kelas menengah) paling rewel. Kalau ada sesuatu yang tidak nyaman akan langsung disampaikan,” tuturnya.

Bertumbuhnya kelas menengah, Basri memastikan jika kualitas pelayanan jasa publik juga harus lebih baik. Tak hanya itu, akses politik, perbaikan pemerintahan juga harus dilakukan.

“Kelas menengah akan menunutut pemerintah yang lebih baik. Pemerintah sekarang harus mengantisipasi ke depan dengan peningkatan infrastruktur, SDM dan pemerintah yang baik,” jelas Basri.