Foto: Plt. Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Badung Wayan Suyasa yang juga Wakil Ketua DPRD Badung.

Denpasar (Metrobali.com)-

Sebagai daerah yang sangat mengandalkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari sektor pariwisata, Kabupaten Badung menjadi salah satu daerah yang sangat terpukul dengan pandemi virus Corona atau Covid-19.

Terlebih manajemen anggaran Pemerintah Kabupaten Badung di bawah kepemimpinan Bupati Badung Nyoman Giri Prasta dinilai tidak berjalan baik jika enggan disebut amburadul.

Sebelumnya Bupati Badung dinilai terlalu jor-joran dalam menggunakan anggaran sehingga tidak punya cukup simpanan anggaran (saving budget) dalam menghadapi situasi sulit dan krisis akibat pandemi Covid-19 saat ini.

“Pengelolaan anggaran kebablasan tidak ada saving budget,” kata Plt. Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Badung Wayan Suyasa ditemui di Kantor DPD Partai Golkar Bali, Rabu (27/5/2020) usai rapat persiapan Golkar Bali menghadapi Pilkada Serentak di enam kabupaten/kota di Bali.

Suyasa yang juga Wakil Ketua DPRD Kabupaten Badung ini mengatakan PAD Badung masih sangat tergantung dari hasil pariwisata atau hampir 90 persen.

“Kita sadari pendapatan Badung sangat besar bahkan kalau PAD-nya nomor 1 di Indonesia.  Kalau APBD-nyaa baru nomor 2,” kata Suyasa.

Namun PAD dan APBD yang cukup besar tidak mampu dikelola dengan baik oleh Bupati Badung. Menurut Suyasa yang dikedepankan hanya progam dan kepentingan jangka pendek sehingga pemanfaatan APBD tidak mencerminkan kepentingan jangka panjang dan kebutuhan masyarakat yang lebih luas serta strategis.

“Bupati memerintah dengan program jangka pendek. Artinya memanfaatkan dana yang ada begitu besar, diberikan kepada masyarakat tanpa memperhitungkan administrasi keuangan yang bagus,” kata Suyasa.

Sebelumnya Pemkab Badung juga sudah diwanti-wanti di dalam mengelola APBD yang PAD-nya asalnya mayoritas dari pariwisata. Sebab sektor pariwisata sangat rentan dengan isu atau persoalan keamanan, kesehatan dan lainnya.

Buktinya ketika pandemi Covid-19 melanda, sektor pariwisata di Badung porak-poranda, kunjungan wisatawan hampir zero dalam beberapa bulan ini. Akibatnya target PAD juga tidak tercapai, bahkan capaian PAD anjlok drastis.

“Artinya jika kesehatan dan keamanan terganggu otomatis pendapatan dari pariwisata anjlok seperti sekarang dengan adanya pandemi Covid-19. Makanya perlu saving budget dari jauh-jauh hari, bukan jor-joran seperti sebelumnya,” papar Suyasa.

“Kenyataannya seperti sekarang dalam situasi Corona ini, baru mereka (Bupati Badung) menduga bahwa situasi keuangan tidak memungkinkan dalam memberikan perhatian pada masyarakat,” imbuh Suyasa.

Menyikapi kondisi saat ini, Suyasa berharap pemimpin Badung ke depan agar tidak hanya berpikir jangka pendek tapi juga memperhatikan kepentingan jangka panjang. Misalnya sumber daya manusia (SDM) masyarakat Badung yang harus dikelola dengan baik.

“Ibaratnya sekarang ini diberikan ikan yang begitu besar tapi hanya sesaat. Yang kita inginkan adalah kail ataupun penangkap ikan yang diberikan kepada masyarakat, sehingga juga kita bisa mengelola SDM lebih baik,” ujar Suyasa.

Selain itu pemimpin Badung ke depan diharapkan mampu melahirkan berbagai inovasi untuk meningkatkan PAD Badung bukan hanya tergantung dari sektor pariwisata tapi menggali potensi sektor lainnya seperti pertanian, peternakan, perikanan dan sektor potensial lainnya.

“Bagi pemimpin sekaranglah kalau memang pemimpin jenius, sekarang tunjukkan inovasinya apa. Apalagi juga partai penguasa PDI Perjuangan mayoritas di legislatif, 3/4 dari total kursi di DPRD Badung. Buktikanlah dimana sekarang tidak ada budgeting khususnya PAD pariwisata, inovasi apa yang mereka harus perbuat,” tandas Suyasa. (wid)