Kanit Reskim Polsek Kuta Iptu Ario Seno WimokoKanit Reskim Polsek Kuta Iptu Ario Seno Wimoko
Kuta (Metrobali.com)-
Maraknya jambret khususnya di kawasan Kuta, Badung, Bali menjadi atensi bersama. Pasalnya, kehadiran para jambret didominasi para pemuda yang usianya masih remaja atau 16 tahun kebawah.
Hal ini tentu saja menjadi keresahan bagi para wisatawan baik lokal maupun asing, dan tantangan bagi pihak kepolisian, khususnya Polsek Kuta untuk meringkus komplotan jambret yang kini kerap bermunculan.
“Marak sih nggak, tapi mulai kembali bermunculan lagi. Kasus jambret di Kuta persentasenya 70% terungkap. Kita tetap usahakan yang terbaik untuk mengurangi, syukur meminimalisir angka kejahatan jambret yang merugikan wisatawan maupun orang lokal Kuta,” kata Kanit Reskim Polsek Kuta Iptu Ario Seno Wimoko seizin Kapolsek Kuta Kompol I Wayan Sumara, Selasa (18/7).
Menurutnya, dalam jangka waktu satu minggu selalu ada saja kasus kriminal di wilayah hukumnya. Di Kuta, katanya, yang pertama mendominasi kasus kriminal adalah penjambretan, kedua pencurian motor (curanmor), dan ketiga penganiayaan.
“Seperti berantem saat mabuk, tapi kalau untuk curanmor sudah jarang karena terus kita tekan dan kita tangkap pelakunya hampir 50 persen kita sudah mengungkap pelaku curamor tapi untuk saat ini masih maraknya penjambretan,” jelasnya.
Dipaparkannya, satu pelaku penjambretan bisa melakukan aksinya di 10 TKP yang berbeda di kawasan Kuta. Ironisnya para pelaku penjambretan mayoritas pemuda yang usianya 16 tahun kebawah.
“Fenomenya para pelaku jambret ini dilakukan oleh anak dibawah umur 16 tahun, dan barusan juga kita tangkap pelaku penjambretan itu usianya baru 14 tahun dan sudah menikah hingga dikatagorikan sudah cakap hukum. Dari pelaku yang banyak melakukan penjambretan ini hampir 80 persen dari Karangasem Bali dan ada juga dari orang Jawa dan Timur,” imbuhnya.
Untuk menekan tingkat kerawanan penjambretan, pihaknya sudah mempetakan, dan sudah mengetahui para pelaku yang sering bermain kawasan tersebut.
Titik-titik peta kerawanan aksi pembretan ini, terutama di kawasan yang kerap dikunjungi oleh para turis baik asing maupun lokal, seperti Sunset Road, Patih Jelantik, Majapahit dan Kawasan Raya Kuta.
Informasi yang berhasil dihimpun di lapangan biasanya mereka kerap beraksi sekitar pukul 21.00 wita atau pukul 00.00 wita dini hari. Para pelaku pun kadang berpura-pura menjadi tukang ojek. Bahkan hanya dipinggir jalan kemudian memepet korbannya, para pelaku yang terdiri dari komplotan ini bekerjasama dalam menjalankan aksinya.
Untuk kawasan Legian, para penjambret kerap mangkal di kawasan Ground Zero. Posisi ini strategis karena tepat berada di jantungnya Kuta. Mengapa? Karena usai beraksi mereka bisa masuk ke gang-gang kecil yang jika ditelusuri gang tersebut cukup strategis sebagai tempat kaburnya para jambret.
“Kalau kawasan Sunset Road, Patih Jelantik, Majapahit, dan Raya Kuta itu para penjambret sering melakukan aksinya dengan sepeda motor. Kalau yang di Ground Zero Legian, mereka memakai sistem yang berbeda, mereka berkedok sebagai tukang ojek liar dan menyasar para turis yang mabuk,” ungkapnya.
Dia pun berpesan kepada warga Kuta, agar selalu waspada. “Pesan saya untuk masyarakat Kuta, baik lokal maupun asing, apabila berjalan hindari bermain Handphone di jalan, dan terus waspada menjaga barang-barangnya,” demikian Ario Seno. SIA-MB