Warga berkumpul di sekitar lokasi ledakan bom mobil di luar Gereja Ortodoks “Virgin Lady” di kawasan al-Wasti, kota Qamishli di Suriah timur laut, 11 Juli 2019.

ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan bunuh diri di dekat sebuah gereja di kota Qamishli, Suriah timurlaut. Kejadian itu menunjukkan bahwa orang-orang Kristen tetap menjadi sasaran utama kelompok teror itu, kata para pejabat dan pakar setempat.

Bom mobil, yang diledakkan hari Kamis (11/7) di dekat Gereja Virgin Lady di Qamishli, mengakibatkan lebih dari 12 orang terluka, beberapa dalam kondisi kritis. Ledakan bom juga merusak bagian-bagian gereja.

Melalui media online-nya, kelompok teror itu mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) yang didukung AS menyatakan kemenangan atas ISIS pada bulan Maret tahun ini, tetapi para pejabat SDF mengatakan kelompok ISIS masih tetap merupakan ancaman bagi penduduk lokal.

ISIS “mempunyai sejumlah besar sel-sel tidur yang dapat melakukan serangan mematikan terhadap warga sipil di daerah kami, terutama warga Kristen dan minoritas lainnya,” kata Abdulkarim Omar, wakil ketua hubungan luar negeri dalam pemerintahan yang dipimpin SDF di Suriah timur laut.

ISIS yang telah kehilangan semua wilayah yang pernah mereka kuasai, berarti militan itu lebih mungkin merencanakan dan melakukan serangan bunuh diri di daerah-daerah di bawah kendali SDF, kata Omar kepada VOA.

Ketika ISIS menguasai sebagian besar wilayah di Suriah dan Irak tahun 2014, ISIS memberlakukan jizya, yaitu pajak Islam yang dikenakan pada non-Muslim. Di bawah hukum itu, orang-orang Kristen dipaksa membayar biaya bulanan atau tahunan untuk tinggal di wilayah yang dikuasai ISIS.

Banyak orang Kristen dipaksa untuk masuk Islam atau menghadapi perlakuan buruk oleh ISIS. [ps/pp] (VOA Indonesia)