Keterangan foto: Gubernur  Bali  terpilih periode 2018-2023 Dr. Ir. I Wayan Koster M.M. (kiri) bersama Prof. Andreas Taschner dari ESB Bussines School Reutlingen University di sela-sela acara ICMEM 2018 yang digelar SBM ITB di Padma Resort Legian, Kuta, Kamis (9/8/2018) dan dirangkai dengan IBEC 2018/MB

Kuta, (Metrobali.com) –

Gubernur  Bali  terpilih periode 2018-2023 Dr. Ir. I Wayan Koster M.M., menjadi salah satu pembicara dalam International Conference on Management in Emerging Markets (ICMEM) 2018 yang digelar Sekolah Bisnis dan Manajemen  Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) di Padma Resort Legian, Kuta, Kamis (9/8/2018) yang bertema “Digital Integration and Business Sustainability in Emerging Markets”. Kali ini ICMEM juga  digelar bersamaan dengan International Business Engineering Conference (IBEC) ke-2 yang mengangkat tema “Business Engineering and Industry 4.0 in a Global Economy”.

Di hadapan ratusan peserta dari berbagai perguruan tinggi berbagai negara dan juga para pelaku industri, Koster menyampaikan paparannya terkait dengan tema “Tourism Industry in Digital Era”. Ia pun mengapresiasi dua konferensi internasional ini. Koster bahkan mengaku siap akan mengadopsi hasil konferensi ini untuk diterapkan mempercepat kesejahteraan masyarakat dan pembangunan Bali sesuai visi “Nangun Sad Kertih Loka Bali.”

“Selamat melakukan konferensi. Saya tertarik mendapat laporan hasilnya agar bisa kami adopsi untuk perencanaan pembangunan Bali dan mempercepat kesejahteraan masyarakat sesuai visi Nangun Sad Kertih Loka Bali,” kata Koster dalam paparannya.

Koster pun mengakui ada berbagai tantangan dan peluang di era revolusi industri 4.0 yang juga ditandai dengan adanya digitalisasi di berbagai aspek bisnis atau industri dan juga kehidupan masyarakat. Tidak hanya di sektor manufaktur, kehadiran industri 4.0 akan berdampak pada industri lain khususnya pariwisata dan industri pendukungnya.

Maka Bali dikatakan harus siap menyongsong era tourism 4.0. Salah satunya yang ditandai dengan penerapan berbagai kemajuan teknologi khususnya pula teknologi komunikasi dan informasi.  “Digitalisasi sudah ada dimana-mana. Pesan kamar sudah online. Travel juga online. Kita harus siap dengan perkembangan selanjutnya. Kita perlu perhatikan perkembangan industri 4.0 agar pariwisata bertahan jangka panjang,” kata Koster yang juga alumni ITB itu.

Namun pihaknya tidak ingin terlena dengan kemajuan teknologi yang juga begitu cepat. Tidak semua akan diadopsi dan diterapkan mentah-mentah. Namun tetap harus disesuaikan dengan tradisi dan akar budaya Bali yang menjadi kekuatan utama pariwisata Bali.

Maka kemajuan teknologi yang menandai modernitas harus mampu selaras dan berdampingan dengan pelestarian adat, seni dan budaya Bali. Apalagi Bali sempat dikenal sebagai “Padma Bhuwana,” salah satu pusat peradaban dunia.

“Kami desain Bali agar kembali menjadi pusat peradaban dunia. Tapi kami tetap butuh kehadiran teknologi informasi dan revolusi industri 4.0. Kami adopsi di Bali dan kami butuh banyak ahli teknologi. Kami ingin Bali modern tapi tetap menjaga adat, seni dan budaya,” ujar Koster.

Karenanya pengembangan tourism 4.0 akan dikelola dengan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan. Berorientasi menjaga lingkungan seiring tetap memberikan manfaat ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan.

“Bali sekarang sebagai pulau tujuan wisata nomor satu dunia, mengalahkan Paris dan London. Dengan pengelolaan sekarang saja bisa nomor satu. Apalagi bisa lebih baik dikelola dengan konsep Nangun Sad Kertih Loka Bali. Maka itu bisa mewujudkan kesejahteraan sekala dan niskala,” ucap Koster.

Konferensi ICMEM dan IBEC ini dibuka Dekan SBM ITB Prof. Sudarso Kader Wiryono dan Prof. Andreas Taschner dari ESB Bussines School Reutlingen University. Sementara pidato utama disampaikan Prof. Hendrik Brume (Presiden Reutlingen University) yang menyampaikan paparan mengenai digitalisasi dalam industri 4.0.

Konferensi ini diharapkan dapat menjadi wadah interaksi bagi para pebisnis, pemerintah, dan akademisi baik dalam negeri maupun luar negeri dalam mengungkapkan temuan-temuan dan gagasan-gagasan baru mengenai ekosistem dan inovasi bisnis. Acara ini juga membahas tantangan-tantangan yang dihadapi dan solusi yang tepat dalam memecahkan persoalan-persoalan yang muncul di era digital dan industri 4.0.

Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, ICMEM menjadi tuan rumah untuk presentasi paper dan poster dari akademisi, praktisi, serta pelajar. Secara keseluruhan, ada sekitar 240 paper yang berhasil dihimpun, dengan presentasi paper sebanyak 220 dan sisanya untuk presentasi poster. Para peserta di kedua konferensi gabungan ini berasal dari 10 negara yang berbeda.

Pewarta : Widana Daud
Editor: Hana Sutiawati