Still Jamu Laut 21

Denpasar (Metrobali.com)-

Para Kurator Denpasar Film Festival (DFF) 2014 telah menetapkan lima film kategori pelajar dan 10 film kategori Umum untuk masuk tahap seleksi berikutnya, yakni penjurian tahap I. Para Kurator yang terdiri dari Erick Est, Putu Kusuma Widjaya dan Gerzon Ron Ayawaila memberi catatan-catatan penting bagi masing-masing film yang telah diseleksi.

“Banyak peningkatan dan berat rasanya untuk menilai sebuah karya. Tapi di karenakan ini sebuah festival, maka memang harus ada yang menang dan kalah,” ungkap Erick Est, Kamis (24/7).

Pada proses penjurian tahap I, Para juri akan menilai film-film tersebut dari kediaman masing-masing untuk menentukan tiga film terbaik untuk kategori pelajar dan lima film terbaik untuk kategori Umum.

VOT

Film-film yang telah melewati seleksi/kurasi adalah: (diurut berdasarkan nomer pendaftaran)

 Kategori Pelajar:

1. Segores Harapan; Sutradara Komang Gita Meliliana – Komunitas Film SMAN 1 Banjar – Buleleng

2. Merah Putih; Sutradara Putu Diah Cahyaningrum – SMKN 2 Seririt – Buleleng

3. Kami Bukan Peminum Liar; Sutradara Putu Sutama Jaya – SMK PGRI 1 Amlapura – Karangasem

4. Masih Ada Asa, Voice of Trisma; Sutradara Arya Artana-Madyapadma Jurnalistic Park-SMA 3 Denpasar

5. Ekstra Pemulung; Sutradara Sutradara Arya Artana – Madyapadma Jurnalistic Park – SMA 3 Denpasar

 Kategori Umum:

1. Tapis Temakai Adat Bubay; Sutradara Pande Gede Wisnu Wijaya – Lampung

2. Jamu Laut; Sutradara Andi Hutagalung – Medan, SUMUT

3. Grabag, A Short Tale of Earth and Human; Sutradara Himawan Pratista – Sleman, Yogyakarta

4. Amuk; Sutradara Ari Rusyadi – Jakarta

5. Berni Meraung; Sutradara Agung S. Rohutomo – Jember, Jawa Timur

6. Penderes dan Pengidep; Sutradara Achmad Ulfi – Purbalingga, Jawa Tengah

7. Kampuz Jalanan; Sutradara Shuhaery Faiz – Yogya

8. Apa Kabar Potehi; Sutradara Ari Mendrofa – Bandung, Jawa Barat

9. Pesisir Harapan; Sutradara Nurazaz Ramdany – Jakarta

10. Tumiran; Sutradara Vicky Hendri Kurniawan – Banyuwangi, Jawa Timur

 

Tumiran

Agung Bawantara, Direktur Festival, mengungkapkan rasa senangnya kepada para filmmaker yang terus-menerus meningkatkan kualitas film garapan mereka dari tahun ke tahun. Tercatat beberapa nama-nama peserta yang telah mengikuti lomba pada festival ini sejak tahun 2011  lalu.  Tahun ini terdapat beberapa pendatang baru yang langsung menyodok masuk ke sepuluh besar.

Program DFF 2014, selain menghadirkan film-film unggulan peserta lomba pada pemutaran tanggal 19 – 22 Agustus, bertempat di auditorium STIKOM Bali, pukul 19:00 – 21:00 WITA, penyelenggara bekerjasama dengan kawan-kawan Project 88 akan menyelenggarakan pameran photo story di Danes Art Veranda. Mereka adalah Anggara Mahendra, Syafiudin Vifick, Jeje Prima Wardani dan Johannes P. Christo.

Pengumuman film terbaik DFF 2014 akan dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus.

Microsoft Word - Document1

 Tentang Para Juri dan Kurator:

Dr. Lawrence Blair (Juri) adalah Antropolog yang menggeluti film dokumenter sejak awal 1970-an.  Dia penulis, presenter dan co-producer dari serial dokumenter televisi  Ring of Fire,  yang menjadi nominee peraih Emmy award (1989). Film ini juga memenangi National Educational Film and Video Festival Silver Apple Awards (1989).

Lawrence adalah salah satu tokoh yang banyak memperkenalkan Bali dan Indonesia kepada masyarakat dunia.  Karya film dokumenternya antara lain Ring of Fire: An Indonesian Odyssey (serial lima film dokumenter – 1988), Ring of Fire (1991), Myth, Magic and Monsters (serial empat film dokumenter – 2005),  Bali Island of The Dogs (2009).

Slamet Rahardjo Djarot (Ketua Juri), seorang aktor dan sutradara senior Indonesia. Ia memulai debutnya pada tahun 1968 di bawah arahan Sutradara Teguh Karya.  Film yang dibintangi atau disutradarainya antara lain: Ranjang Pengantin (1974), Badai Pasti Berlalu (1977), November 1828 (1978), Rembulan dan Matahari (1980), Seputih Hatinya Semerah Bibirnya (1982), Ponirah Terpidana (1983), Kembang Kertas (1985), Kodrat (1986), Kasmaran (1987), Tjoet Nja’ Dhien (1988), Langitku Rumahku (1990), Fatamorgana (1992), Anak Hilang (1993), Telegram (2000), Pasir Berbisik (2001),  Putri Gunung Ledang (2004), Banyu Biru (2005), Ruang (2006), Badai Pasti Berlalu (2007), Namaku Dick (2008), Laskar Pelangi (2008), Cinta Setaman (2008), dan Sang Pencerah (2010).

Penghargaan yang diperoleh Slamet antara lain: Piala Citra  sebagai Aktor Terbaik dalam film Ranjang Pengantin (1974) dan Badai Pasti Berlalu (1977); Piala Citra sebagai film terbaik untuk karyanya yang berjudul Rembulan dan Matahari (1980).

Rio Helmi (Juri), Penulis dan Fotografer handal. Karya-karyanya banyak dimuat di majalah National Geographic. Di dunia fotografi Indonesia dia dikenal sebagai “the living legend”. Rio mulai bekerja sebagai fotografer profesional sejak tahun 1978. Ia pernah bekerja  sebagai wartawan foto dan penulis pada Sunday Bali Post, Mutiara, dan Tempo. Sebagian besar liputan tersebut berkisar tentang masyarakat terasing yang mulai bersentuhan dengan dunia modern.  Rio beberapa kali terlibat dalam produksi film dokumenter. Satu di antaranya adalah Lempad of Bali.

Sejak 1983  Rio bekerja freelance untuk berbagai majalah regional membuat reportase dan foto di berbagai negara seperti Brunei, Malaysia, Singapore, Thailand, Filipina, India, Mongolia, dan Cambodia. Beberapa buku Rio yang telah terbit antara lain Over Indonesia: Aerial Views of the Archipelago  (ditulis bersama Michael Vatikiotis dan Georg Gerster),  Worshipping Siva and Buddha: The Temple Art of East Java (bersama Marijke J. Klokke,  dan Ann R. Kinney),  Bali Style,  Bali High: Paradise from the Air (bersama  Leonard Lueras), dan  River of gems : a Borneo journal (bersama  Lorne Blair dan Leonard Lueras) >> Website Rio Helmi

Prof. Dr. I Made Bandem (Juri) adalah seorang penari Bali, seniman, penulis, pendidik, dan budayawan.  Bandem belajar tari Bali sejak  usia belia. Dan, dialah penari Bali pertama yang berstudi di luar negeri. Bandem memperoleh gelar master dalam tari dari UCLA, dan gelar PhD dalam etnomusikologi dari Universitas Wesleyan. Keduanya di  Amerika Serikat.

Di Bali, Bandem dikenal sebagai budayawan yang memiliki pandangan luas mengenai pelestarian dan pengembangan kesenian. Bersama dengan Prof Dr Ida Bagus Mantra, Gubernur Bali (1978-1988), Bandem adalah salah satu pendiri dan pendorong Pesta Kesenian Bali, sebuah acara tahunan yang menjadi model untuk pelestarian dan pengembangan seni dan budaya Bali secara menyeluruh.Bandem memiliki kepedulian yang sangat tinggi pada pendokumentasian kebudayaan, khususnya kebudayaan Bali. Puluhan rekaman film dokumenter Bali tempo dulu ada di tangannya.

I Wayan Juniartha (Juri)  adalah jebolan Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar (1991 – 1996).  Selain sebagai jurnalis, di Bali ia dikenal sebagai pemikir yang sangat cemerlang.  Setelah beberapa tahun menjadi koordinator berita  wilayah Bali untuk harian berbahasa Inggris “The Jakarta Post”,  kini  ia dipercaya untuk mengepalai “Bali Daily” yang diterbitkan oleh harian tersebut. Sebelum itu, Juniartha  sempat selama beberapa tahun menjadi wartawan harian “Kompas”.

Sebagai penulis, Juniartha dapat menulis dengan sangat baik dalam Bahasa Bali, Indonesia, dan Inggris. Buku kumpulan esainya, “Bungklang-Bungkling”, mendapat penghargaan Widya Pataka (2009) dari Pemerintah Provinsi Bali sebagai buku berbahasa Bali bermutu.

Karena perspektif dan ulasannya yang sangat baik, Juniartha kerap diminta untuk terlibat dalam berbagai forum internasional tentang kebudayaan. Saat ini ia adalah salah satu orang yang banyak berperan dalam persiapan World Culture Forum yang dihelat di Bali pada 2013.  Juniartha juga memegang peran penting dalam penyelenggaraan Ubud Writer and Reader Festival, sebuah ajang tahunan bergengsi dalam perbukuan, yang tahun ini dihelat untuk ke-11 kalinya. RED-MB