Denpasar (Metrobali.com)-

Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara memprediksi pertumbuhan ekonomi di Pulau Dewata hingga akhir tahun 2013 sekitar 6,2-6,7 persen.

“Angka tersebut masih sebagian besar ditopang oleh investasi dan pariwisata khususnya perhotelan,” kata Pemimpin Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara Dwi Pranoto di Denpasar, Senin (23/9).

Menurut dia, persentase perkiraan itu naik tipis jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2012 yang mencapai 6,6 persen.

Ekspetasi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi saat ini masih belum bisa dipastikan mengingat situasi ekonomi masih dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang tengah menurun.

Dwi mengatakan bahwa prediksi pertumbuhan ekonomi di Bali tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh investasi pengembangan menjelang Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Negara Asia Pasifik (KTT APEC) dengan pengembangan infrastruktur di Pulau Dewata.

Ia menjelaskan penyelenggaraan pertemuan yang rencananya dihadiri 21 pemimpin dunia anggota APEC itu telah mendongkrak kredit investasi yang tumbuh sebesar 60,35 persen hingga Juni 2013.

Jumlah kredit investasi oleh bank umum di Pulau Dewata hingga triwulan II tahun 2013 tercatat sebesar Rp17,13 triliun dengan penyaluran terbesar di subsektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 41,37 persen.

Selain itu penyaluran kredit investasi lainnya berada pada sektor perdagangan dan eceran yang mencapai 24,21 persen.

Pertumbuhan kredit investasi tersebut melampaui pertumbuhan kredit modal kerja yang tercatat 19,66 persen dan kredit konsumsi sebesar 27,68 persen.

Meski demikian, pihaknya masih harus mewaspadai menguatnya inflasi di Pulau Dewata yang hingga Agustus 2013 mencapai 8,35 persen (year on year).

Tekanan inflasi sepanjang tahun 2013 terutama bersumber pada kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi yang berlaku pada Juni 2013.

Penyesuaian harga itu berdampak terhadap harga kebutuhan bahan pokok dan biaya transportasi. Sedangkan momentum kenaikan inflasi itu bersamaan dengan perayaan Idul Fitri, musim liburan sekolah dan tahun ajaran baru.

Pihaknya memperkirakan risiko tekanan inflasi diperkirakan masih cukup tinggi baik bersumber dari keterbatasan pasokan akibat cuaca dan gangguan hama, maupun akibat distribusi serta terbatasnya konektivitas antardaerah.

“Inflasi hingga Agustus 2013 mencapai 8,35 persen (yoy). Sedangkan tahun lalu 4,71 persen,” ujarnya. AN-MB