ilustrasi_uang1

Denpasar (Metrobali.com)-

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara menyosialisasikan keaslian uang rupiah kepada masyarakat yang menyasar pasar tradisional di Denpasar untuk memberikan pemahaman terkait ciri-ciri keaslian uang palsu.
“Peredaran uang palsu paling banyak beredar di pasar tradisional, kami ingin masyarakat mengenali rupiah asli,” kata Asistan Manajer Unit Adminstrasi, Pengolahan Data, dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara, Mohammad Yasser, di Denpasar, Jumat (14/3).

Sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah atau CIKUR yang dilaksanakan di Pasar Kreneng Denpasar itu masih menekankan pengenalan 3D yakni dilihat, diraba, dan diterawang dengan menyasar pedagang dan pembeli di pasar tradisional itu.

“Kalau ciri-ciri uang asli sudah tahu, pasti masyarakat mengetahui bagaimana uang palsu itu,” tambahnya.

Dia menjelaskan bahwa uang asli rupiah memiliki belasan ciri di antaranya mulai dari tanda air, benang pengaman, cetakan “intaglio” atau cetakan yang kasar, gambar saling isi (rectoverso), tinta berubah warna atau “optical variable ink”, tulisan mikro, tinta tidak tampak, hingga gambar tersembunyi.

Ciri-ciri keaslian itu terdapat di bagian muka dan belakang uang rupiah yang masih belum dipahami sebagian masyarakat.

“Uang asli rupiah juga dilengkapi dengan tanda yang khusus diberikan bagi orang tuna netra,” ucapnya.

Dia mengungkapkan bahwa pasar tradisional masih menjadi sasaran utama para sindikat pengedar uang palsu karena aktivitas perdagangan banyak terlibat di pasar tradisional yang tak belum dilengkapi beberapa fasilitas seperti pasar modern.

“Kalau pasar modern sudah dilengkapi beberapa peralatan dengan kondisi pencahayaan yang bagus. Kalau di pasar tradisional masih manual dan perlu ditingkatkan kemampuan mendeteksi uang asli,” ucapnya.

Selain menggelar sosialisasi pengenalan uang asli rupiah, BI juga memberikan fasilitas penukaran uang di pasar tersebut. AN-MB