Bupati sembahyang Siwaratri
 
Mangupura (Metrobali.com)-
Hakekat Siwaratri sebenarnya mengajarkan kita untuk selalu memelihara kesadaran diri agar terhindar dari perbuatan dosa dan papa. Pemaknaan Siwaratri tidak cukup hanya dengan prosesi ritualitas semata, melainkan harus dipahami makna-makna yang terkandung didalamnya.
“Siwaratri itu bukan penebusan dosa karena dosa tidak bisa ditebus. Jika di analogikan dosa itu dengan emas, emas itu bisa dilebur menjadi kalung, cincin, gelang artinya emas itu tetap tapi bentuknya berubah. Demikian pula dengan dosa , dosa itu dapat dilebur dengan melakukan yoga semadhi dan perbuatan dharma,” kata Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Badung. Nyoman Arya saat memberikan dharma wecana pada persembahyangan Siwaratri di Pura Lingga Bhuwana di lingkungan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung, Senin (19/1) yang lalu.
Nyoman Arya memaparkan, di India, setiap menjelang Tilem (setiap bulan) umat Hindu menyelenggarakan Siwaratri dan tiap tahun merayakan Maha Siwaratri. Untuk di Bali Maha Siwaratri dilaksanakan pada hari “Catur Dasikrsnapaksa” bulan “Magha (panglong ping 14 sasih kapitu). Dalam Siwaratri ada tiga macam brata yaitu: monabrata upawasa dan jagra. Ketiga macam pantangan tersebut dilakukan dengan tiga tingkatan sesuai dengan kemampuan yakni Utama, melaksanakan monabrata, upawasa, dan jagra, Madya upawasa dan jagra dan  Nista melaksanakan jagra. “Monabrata itu bukan berarti tidak  berbicara melainkan pengendalian kata-kata sehingga tidak menyebabkan orang yang mendengarnya menjadi tersinggung, jengkel atau marah. Upawasa itu bukan berarti tidak makan dan minum melainkan pengendalian diri untuk tidak makan dan minum, jika hanya mampu 2 jam lakukan 2 jam. Sementara Jagra itu bukan berarti bergadang semalam suntuk dengan menonton tv, bermain judi melainkan pengendalian agar tedap sadar dengan melaksanakan yoga semadhi,” ungkapnya
Sementara itu Bupati Badung, A.A. Gde Agung usai melakukan persembahyangan Siwaratri berbaur dengan masyarakat pemedek mengungkapkan persembahyangan Siwaratri di Pura Lingga Bhuwana ini dari tahun ke tahun jumlah pemedeknya terus meningkat, bukan hanya dari kalangan PNS di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Badung beserta keluarganya saja, melainkan juga dari masyarakat sekitar puspem bahkan se Badung serta anak-anak sekolah juga ikut mengikuti persembahyangan.“Jumlah pemedek meningkat ini ditandai dengan antrean padat dan panjang dalam melaksanakan persembahyangan Siwaratri. Ini berarti masyarakat sudah melek dengan hari keagamaan. Kedepannya perlu diadakan kegiatan keagaman dalam menyambut Siwaratri seperti pembacaan sloka oleh anak-anak sekolah,” ungkap Gde Agung.
Persembahyangan Siwaratri yang dipuput Ida Pedanda Ngurah Putra Keniten dari Griya Kediri Sangeh ini dihadiri oleh Bupati Badung, A.A. Gde Agung dengan didampingi Wakil Bupati Badung Made Sudiana beserta istri serta pejabat di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Badung beserta keluarganya, PNS dilingkungan Pemerintahan Kabupaten Badung beserta keluarga, masyarakat se Kabupaten Badung serta siswa sekolah di Kabupaten Badung.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam Siwaratri diantara geguntangan dan pesantian dibawakan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, pertunjukan wayang inovatip oleh Dalang D-Karbit dari Br. Semana Abiansemal serta malam renungan suci yang diikuti oleh SMK di Badung. RED-MB