Denpasar (Metrobali.com)-

Ajang tahunan “Bali Democracy Forum” VI pada 7-8 November 2013 mengangkat tema konsolidasi demokrasi pada masyarakat majemuk.

“Sengaja diambil tema ini dengan dasar pertimbangan seringkali pada negara-negara yang masyarakatnya majemuk dengan sistem demokrasi yang belum mapan. Justru menimbulkan banyak persoalan,” kata Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri AM Fachir di Denpasar, Senin (23/9).

Menurut dia, dengan mengangkat tema tersebut, sekaligus Indonesia dapat mengedukasi diri dalam pelaksanaan berdemokrasi. Memang sejauh ini Indonesia tidak sampai bermasalah dalam berdemokrasi dengan masyarakatnya yang begitu majemuk.

“Negara-negara yang sudah lama terbentuk dan mempunyai ratusan tahun tradisi berdemokrasi saja masih mempunyai masalah-masalah dalam hal mengkonsolidasikan demokrasi. Meskipun sistem hukumnya cukup mapan menopang demokrasi,” ujarnya di sela-sela menjadi pembicara diskusi sosialisasi BDF itu.

BDF VI, lanjut dia, akan dihadiri perwakilan 53 negara di Asia-Pasifik dan puluhan pengamat di luar kawasan Asia Pasifik.

“Sedangkan sub tema dari BDF VI terkait pelaksanaan pemilu yang bebas dan adil .Hal ini menjadi isu hangat pada negara-negara yang baru mulai berdemokrasi,” ujarnya.

Indonesia, ujar dia, harus mendengar pula pandangan dari negara-negara lain apakah pelaksanaan pemilu itu mempunyai nilai tambah bagi penataan pemerintahan, kehidupan bermasyarakat dan kepemerintahan yang baik (good governance).

“Selain itu, sudahkah pemilu menghasilkan deviden bagi masyarakat berupa manfaat dari penyaluran aspirasi politiknya, baik berbentuk kesejahteraan, pembangunan ekonomi dan sebagainya,” katanya.

Fachir menambahkan, di luar tema dan sub tema itu, tidak menutup kemungkinan pada ajang BDF akan muncul pandangan-pandangan yang menyoroti konflik di Timur Tengah. “Terutama setelah Arab Spring, apakah itu mempunyai dampak terhadap perubahan sosial di negara-negara tersebut,” ucapnya.

Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri, ucap dia, tidak menetapkan berapa negara yang harus hadir pada BDF mendatang.

“Yang terpenting, kami telah menyediakan forum bagi semua orang nyaman berbicara mengenai demokrasi dan pengalaman berdemokrasi,” ujar Fachir.

Pada diskusi tersebut juga menghadirkan pembicara dari Universitas Udayana yakni Prof Dr Wayan P Windia, Dr Dewa Gede Palguna, dan Drs I Made Anom Wiranata MSi. AN-MB